Nasihaik Rang Gaek Bahaso MINANGKABAU

Katiko Sayok Tagok, Paruah Runciang,
Kuku Tajam, Mato Lai Tarang,

Tabanglah Tinggi-tinggi, Gungguang Sado Nan ka Tuju,
Cangkam Sado Nan disukoi, Sentakkan ka Puncak Gunuang..

Tapi Ingek Sanak..
Ado Masonyo Nantik, Sayok Cabiak, Paruah Rompong,
Mato Kabua, Kuku ndak Tajam Lai,

Di situ Utang ka Babayie ,
Badan Maraok ka Parak Tingga ,
Mungkin Rimah Baserak nan Ka dipiliah..

Makonyo siapopun kini Sadang di Nan Lai,
Jan Lah suko menzalimi Urang, jan Sombong,
dan jan Balanteh Angan..

Nan Ketek ka Gadang, Nan Gadang ka Tuo,
Nan tuo ka uzur, nan lamah ka kuek
dan yang kuek akan semakin manjadi lamah..

Itulah Hiduik Sanak
Jan maninggi katiko lai ..

Moga bermanfaat. Wassalamu ‘alaiykum Buya Mas’ud Masoed Abidin Za Jabbar .

MESTIKAN HIDUP PADA DUA SISI YANG PASTI

MENURUT ADAT MINANGKABAU HIDUP MESTI PADA DUA SISI YANG PASTI …. Yakni kehidupan di dunia dan kehidupan diakhirat … Maka dengan itu secara otomatis mengerangka geraknya pada kedua sisi yang nyata ini ….

Mereka punya harta pusaka yang di Minangkabau pula ada dua bagian, yakni HARTA PUSAKA RENDAH = yang diperoleh dengan jerih payah sendiri dan wajib dibagi MENURUT HUKUM FARAID …
Dan yang kedua adalah HARTA PUSAKA TINGGI = harta milik kaum yang diterima turun temurun (bahkan mungkin tidak dimaklumi lagi asal usulnya) yang harus dijaga dan dipelihara sebagai AMANAH dan tidak boleh dibagi, tetapi hasil yang ada disana boleh dimanfaatkan …
Disini jelas tampak pemanfaatan jenis harta itu.

Begitu juga dalam KEKERABATAN ORANG MINANGKABAU bernasab ke ayah dan bersuku ke ibu serta bersako ke mamaknya. Jadi kekerabatan orang Minangkabau paling lengkap.

MARTABATNYA EMPAT ; (1). berpadunya ratio dan emosi dalam wataknya. (2). cepat beradaptasi. (3). bahasa komunikasinya empat tingkat dan puncaknya kearifan. (4). adat dan agama menyatu dalam tindakan perilakunya

INSYAALLAAH
SAKIT PEMBERSIH DIRI.
المرض زكاة البدن، كما أن الصدقة زكاة المال، فكل جسم لا يشتكي كمثل مال لا يزكى
Sakit merupakan penyuci bagi badan, sebagaimana sedekah merupakan penyuci bagi harta. Setiap raga yang tidak pernah merasakan sakit, seperti harta yang tidak pernah dizakati.

SEGERA LUNASI HUTANG
مَنْ مَاتَ وَعَلَيْهِ دِينَارٌ أَوْ دِرْهَمٌ قُضِىَ مِنْ
حَسَنَاتِهِ لَيْسَ ثَمَّ دِينَارٌ وَلاَ دِرْهَمٌ
Barangsiapa yang mati dalam keadaan masih memiliki hutang satu dinar atau satu dirham, maka hutang tersebut akan dilunasi dengan kebaikannya (di hari kiamat nanti) karena di sana (di akhirat) tidak ada lagi dinar dan dirham.”
(HR. Ibnu Majah no. 2414. Syaikh Al Albani mengatakan hadits ini shahih).

SABDA RASULULLAH berikutnya ;
أَيُّمَا رَجُلٍ يَدَيَّنُ دَيْنًا وَهُوَ مُجْمِعٌ أَنْ لاَ يُوَفِّيَهُ إِيَّاهُ لَقِىَ اللَّهَ سَارِقًا
Siapa saja yang berhutang lalu berniat tidak mau melunasi nya, maka dia akan bertemu Allah (pada hari kiamat) dalam status sebagai pencuri.”
(HR. Ibnu Majah no. 2410. Syaikh Al Albani mengatakan hadits hasan shahih).

SELANJUTNYA ;
يُغْفَرُ لِلشَّهِيدِ كُلُّ ذَنْبٍ إِلاَّ الدَّيْنَ
Semua dosa orang yang mati syahid akan diampuni kecuali hutang.”
(HR. Muslim no. 1886).

JUGA PERINGATAN BAGINDA RASULULLAH;
رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَDanلَّمَ قَالَ مَطْلُ الْغَنِيِّ ظُلْمٌ وَإِذَا أُتْبِعَ أَحَدُكُمْ عَلَى مَلِيءٍ فَلْيَتْبَعْ
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Mengulur-ulur waktu pembayaran hutang bagi yang mampu adalah kezhaliman, dan jika piutang salah seorang dari kalian dialihkan kepada orang yang kaya, maka terimalah.
(HR. Muslim no 2924).

LAZIMKAN BERDOA KEPADA ALLAH.
‎اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ فِي الدُّنْيَا وَاْلآخِرَةِ، اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ فِي دِيْنِيْ وَدُنْيَايَ وَأَهْلِيْ وَمَالِيْ اللَّهُمَّ اسْتُرْ عَوْرَاتِى وَآمِنْ رَوْعَاتِى. اَللَّهُمَّ احْفَظْنِيْ مِنْ بَيْنِ يَدَيَّ، وَمِنْ خَلْفِيْ، وَعَنْ يَمِيْنِيْ وَعَنْ شِمَالِيْ، وَمِنْ فَوْقِيْ، وَأَعُوْذُ بِعَظَمَتِكَ أَنْ أُغْتَالَ مِنْ تَحْتِيْ
”ALLAHUMMA INNII AS-ALUKAL ‘AFWA WAL ‘AAFIYAH FID DUNYAA WAL AAKHIRAH. ALLAHUMMA INNII AS-ALUKAL ‘AFWA WAL ‘AAFIYAH FII DIINII WA DUN-YAYA WA AHLII WA MAALII. ALLAHUMAS-TUR ‘AWRAATII WA AAMIN RAW’AATII. ALLAHUMMAHFAZH-NII MIM BAYNI YADAYYA WA MIN KHALFII WA ‘AN YAMIINII WA ‘AN SYIMAALII WA MIN FAWQII WA A’UDZU BI ‘AZHAAMATIK AN UGHTALA MIN TAHTII.”
Ya Allah, sesungguh nya aku memohon kebajikan dan keselamatan di dunia dan akhirat. Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kebajikan dan keselamatan dalam agama, dunia, keluarga dan hartaku. Ya Allah, tutupilah auratku (aib dan sesuatu yang tidak layak dilihat orang) dan tenteramkanlah aku dari rasa takut. Ya Allah, peliharalah aku dari muka, belakang, kanan, kiri dan atasku. Aku berlindung dengan kebesaran-Mu, agar aku tidak disambar dari bawahku (oleh ular atau tenggelam dalam bumi dan lain-lain yang membuat aku jatuh).”
(HR. Abu Daud no. 5074 dan Ibnu Majah no. 3871. Al Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidaklah pernah meninggalkan do’a ini di pagi dan petang hari. Di dalamnya berisi perlindungan dan keselamatan pada agama, dunia, keluarga dan harta dari berbagai macam gangguan yang datang dari berbagai arah.

Semoga bermanfaat..
Baarakallahu fiikum.
Wassalamu ‘alaiykum
Buya Hma Majo Kayo
Buya MAbidin Jabbar
Buya Masoed Abidin
Buya Masoed Abidin
Masoed Abidin Za Jabbar

KOPI PAHIT HIDAYAT


MARAGUAK KOPI PAHIT HIDAYAT … MINANGKABAU TANAH NAN DEN CINTO.

TANDA-TANDA ORANG BAIK
Al-Hasan Al-Bashri Rahimahullàh berkata,
إن لأهل الخير علامة يعرفون بها: صدق الحديث، وأداء الأمانة، وصلة الرحم، وقلة الفخر والخيلاء، ورحمة الضعفاء، وبذل المعروف، وحسن الخلق.
“Sesungguhnya orang baik itu ada tanda-tanda yang dikenali padanya yaitu:
jujur perkataannya, menunaikan amanah, silaturrahim, tidak berbangga diri dan tidak sombong, sayang kepada kaum lemah, membaur bersama masyarakat secara baik, dan berakhlak mulia.” (Hilyatu al-Awliyà’, 1/270)

PENGECUT, MANUSIA PALING SEMPIT DADANYA
Ibn Qayyim al-Jauziyyah berkata,
وَالْجَبَانُ أَضْيَقُ النّاسِ صَدْرًا وَأَحْصَرُهُمْ قَلْبًا لَا فَرْحَةٌ لَهُ وَلَا سُرُورٌ وَلَا لَذّةٌ لَهُ وَلَا نَعِيمٌ
Pengecut adalah manusia yang paling sempit dadanya,
  • hatinya tertawan,
  • tidak ada tawa dan kebahagian,
  • tidak merasakan kelezatan dan kenikmatan hidup.
    (Zàdul Ma’àd 2/22)
https://www.youtube.com/live/GJo67ugeVYg?si=SbV7Rb-DF6pjs3vO
TANDA-TANDA ORANG BAIK
Al-Hasan Al-Bashri Rahimahullàh berkata,
إن لأهل الخير علامة يعرفون بها: صدق الحديث، وأداء الأمانة، وصلة الرحم، وقلة الفخر والخيلاء، ورحمة الضعفاء، وبذل المعروف، وحسن الخلق.
“Sesungguhnya orang baik itu ada tanda-tanda yang dikenali padanya yaitu:
jujur perkataannya, menunaikan amanah, silaturrahim, tidak berbangga diri dan tidak sombong, sayang kepada kaum lemah, membaur bersama masyarakat secara baik, dan berakhlak mulia.” (Hilyatu al-Awliyà’, 1/270)
BERANI MEMBUAT HATI TENTRAM
Imàm Ibnul Qayyim al-Jauziyyah berkata,
فَإِنّ الشّجَاعَ مُنْشَرِحُ الصّدْرِ وَاسِعُ الْبِطَان مُتّسِعُ الْقَلْبِ
Sesungguhnya keberanian menjadikan lapang dada dan hati menjadi tentram
(Zàdul Ma’àd 2/25)

BERANI MEMBUAT HATI TENTRAM
Imàm Ibnul Qayyim al-Jauziyyah berkata,
فَإِنّ الشّجَاعَ مُنْشَرِحُ الصّدْرِ وَاسِعُ الْبِطَان مُتّسِعُ الْقَلْبِ
Sesungguhnya keberanian menjadikan lapang dada dan hati menjadi tentram
(Zàdul Ma’àd 2/25)

Moga bermanfaat. Wassalam BuyaHMA

“MEMILIH PEMIMPIN” HARUS PAKAI AKAL SEHAT, PIKIRAN JERNIH.

Jauhi hati dari membenci.
Apalagi sekedar ikut ikutan membenci yang lainnya, karena orang lain menyebut dengan kebencian, maka kita pun ikut pula membenci. Ini yang musti di hindari. Mesti hidup Punya prinsip.

Indonesia Bangsa besar Berpenduduk 276 Juta jiwa, ada di 17.000 Pulau besar kecil, Ratusan Bahasa dan Puluhan Suku2, Serta Rentan di Caplok Negara2 Sekitar Indonesia.

Sebagai Contoh, sudah terjadi … Simpadan lingitan dan lainnya dikuasai Malaysia, Filipina menguasai Pulau Pasir di Utara Sulut, Australia menguasai Pulau Runcing di Utara Pulau Rote NTT, Papua Nugini di Perbatasan RI Papua Sudah mulai geser Pancang Perbatasan, Bahkan ada beberapa Pulau di Natuna dikuasai Tiongkok.
Untuk itu perlu Tokoh kuat dan berpengaruh di Tingkat internasional memimpin Bangsa kita ini,

Pendidikan dan Perubahan Perlu dari Seorang Cerdas, Berani, dan Benar.
Olah Raga lari2 sambil salam2 Pencitraan kepada negeri Berpenduduk besar di Jawa saja belum cukup.

Indonesia ini Luassss dan perlu dikawal, Supaya tidak Bubar Seperti Uni Soviet, Yugoslavia dan Negara2 lain di Eropa, Afrika yang bubar akibat Presiden dan Rakyatnya Terbelah dalam mempertahankan Ego masing2.

“Salam Merdeka.”

PEMINDAHAN MAKAM SULTAN ALAM BAGAGARSYAH KE MAKAM PAHLAWAN KALIBATA 1975

Pemindahan makam Sultan Alam Bagagarsyah, raja terakhir Minangkabau dari kuburan Manggadua kemakam Pahlawan Kalibata.

Sultan Bagagarsyah yang meninggal tahun yang lalu, juga adalah dalam status pembuangan Belanda, dan pemindahan itu juga akibat kuburan yang lama akan digusur tak banyak orang yang tahu sejarah perjoangan almarhum, meskipun turunan Almarhum cukup banyak jumlahnya tersebar diseluruh Indonesia. Beberapa bulan yang lalu. Dr. Hamka yang besar minatnya kepada sejarah tanah air, telah menulis dibeberapa harian di Jakarta dan Padang, tentang sejarah Raja Minangkabau yang terakhir itu.

Tulisan Buya Hamka itu rupanya mendapat sambutan dari masyarakat Minangkabau, dan beberapa orang yang berminat kemudian membentuk sebuah panitya yang selain untuk menyelidiki sejarah Almarhum lebih lanjut juga memperjuangkan pengakuan Pemerintah tentang kepahlawanan almarhum supaya Almarhumpun dijadikan sebagai Pahlawan Nasional.

Tulang pertama yang diketemukan, diserahkan kepada salah seorang cicitalmarum dalam dalam upacara penggalian kembali makam ters pagi hari, kemudian kerangka jenazah Almarhum dibawa ke Balai Kota, dimana Haji Ali Sadikin telah menanti. Seluruh upacara dilakukan secara militer. Gubernur Jakarta bertindak selaku Inspektur Upacara, nampak hadir tokoh2 masyarakat seperti Dr. Hatta. Prof. Harun Zain Gubernur Sumatera Barat. Prof.Bahder Johan, para Wakil Gubernur dan Walikota dalam lingkungan DKI Jaya. Ratusan orang-orang Minangkabau memakai pakaian kebesaran adatnya, juga para wanita-wanita memakai pakaian Bundo Kanduang Buya Hamka kemudian membacakan riwayat ringkas perjuangan Sultan Alam Bagagarsyah.

Kerangka yang dalam peti itu kemudian disemayamkan di Balai Kota selama dua jam, untuk selanjutnya dibawa kemakam Pahlawan Kalibata. Dipemakaman Pahlawan itu upacara militer juga dilakukan dengan bertindak sebagai Inspektur Upacara Menteri Sosial R.I. H.M.S. Mintereja S.H.

Upacara diakhiri dengan menaburkan kembang diatas pekuburan beliau yang terakhir. dimulai dengan Inspektur Upacara dan diikuti oleh wanita-wanita berpakaian adat yang sebagian besarnya adalah cucu Raja Minangkabau itu.

(PANJI MASYARAKAT NO. 170 1 MARET 1975), Panggalian makam di Manggadua

MENGGALI SEJARAH
SULTHAN ALAM BAGAGAR SYAH

Duli Yang Maha Mulia Daulat Tuanku Sultan Alam Bagagar Syah, Raja Alam di Pagarruyung, yang di Pertuan Alam Minangkabau, Serpih belahan empat jurai, sejural ke Benua Ruhum, sejural ke Benua China, sejural jatuh kelautan, sejural ke pulau Emas, ke ranah Alam Minangkabau. Nan mempunyal Dang Mahkota, bernama si Kulah-Kamat, pecahan kayu jato-jati, berkain adun tumadun, kiriman Mekkah jo Madinah dibalun sabalun kuku, dikambang selebar alam.

Daulat Tuanku! Sudah 126 tahun Tuanku beristirahat di istana yang dipilihkan Tuhan, perhentian hidup di Mangga Dua. Sepi sendirian, tak ada yang menegur sapa dan hampir dilupakan. Anak cucu yang telah berkembang-biak, baik di Minang atau di Jawa, baik di Deli atau di Serdang, atau di Riau Pulau Penyengat, sampai ada yang tidak tahu lagi di mana peristirahatan neneknya yang terakhir.

Ampuni kami Tuanku, maafkan kami. Oleh karena seluruh kepulauan kita ini telah merdeka, termasuk ranah Alam Minangkabau, dan kota Jakarta tempat bersemayam Tuanku terakhir hendak diperluas, sesuai dengan kepadatan penduduknya, dan sesuai dengan kedudukannya yang layak sebagai Ibu Kota dari sebuah Negara Besar, perkuburan Mangga Dua digusur.

TERPAKSA
Ketenteraman Tuanku di Alam Barzakh terpaksa terusik. Ampuni kami, karena kami terpaksa melakukan dua pembongkaran.

Pertama pembongkaran sejarah dan perjuangan hidup Tuanku.

Kedua pembongkaran tulang belulang Tuanku. Namun pembongkaran tulang belulang menjadi lebih sempurna dan lebih terhormat, karena dia disertai oleh pembongkaran sejarah.

Dari hasil pembongkaran sejarah, kami dapatilah bahwa Daulat Tuanku adalah salah seorang dari Raja-raja dan nenek moyang kami yang menjadi kurban dari taktik buruk Penjajahan Kompeni Belanda di pertengahan abad ketujuh belas, satu setengah abad sebelum pecah Perang Paderi.

Setelah Malaka jatuh ke tangan Belanda th. 1641, mulailah Belanda menghadapkan perhatiannya setapak demi setapak menaklukan Sumatera. Mulailah Belanda menghasut orang Minangkabau di Pesisir Barat Pulau Sumatera supaya berontak melawan Aceh, dan mulailah dia dengan bertopengkan berdagang, menanam kan kakinya di Bandar X dan Padang dan Tiku dan Pariaman.

Sejak masa itu dia telah mulai memperhatikan gerak-gerik Pedalaman Minangkabau, yang di dalam Daulat Kebesaran Tuanku disebut bahwa Raja Minangkabau adalah Raja dari Pulau Emas. Artinya dari Pulau vang kaya raya. Dan setelah kakinya
kokoh di akhir abad ke-18 di Pesisir mulailah dia mengirimkan spion-spion dan kaki-tangannya dari Padang Hilir ke Padang Darat, menanamkan pengaruh, membujuk, merayu, mengirim hadiah dan sebagainya agar Raja-raja dan Pengulu pengulu di Minangkabau menyukai Kompeni.

Terutama karena di pangkal abad ke-19 sudah datang Gerakan Agama Islam yang militant langsung dari Mekkah, hendak menggerakkan kemajuan Agama Islam dan membangkitkan semangat Tauhid di Alam Minangkabau.

Dan yang Dipertuan Minangkabau. meliputi Darek dan Rantau, sampai ke Kuantan Indragiri, sampai ke Rembau Srimenanti, sampai ke Asahan Batu Bara, memang sudah iama hanya tinggal sebutan. Meskipun demikian, namun hanya jadi Regen dari satu daerah kecil, seperseratus daerah daerah itu.

Belanda berusaha membuat propaganda bahwa yang beperang di waktu itu ialah Kaum Adat dengan Kaum Agama. Tetapi Dokumen Belanda sendiri yang membatal kan propagandanya itu. Karena ketika Tuanku dan Pengulu-pengulu yang lain berjanji dengan Residen Belanda James Du Puy di Padang 1820 itu, Al-Qur’anlah yang Tuanku jadikan penguat sumpah, bukan kitab Veda dan Upanishad, dan bukan Injil

Belanda yang lebih tahu dari pada orang Minangkabau sendiri apa artinya Islam yang murni. Belanda yang selalu mendapat adpis dari ahli-ahli Orientalist tentang Semangat Islam, melihat bahwa kemajuan Gerakan Islam yang timbul di Padang Darat itu akan sangat berbahaya bagi rencananya mena’lukkan seluruh Sumatera. Belanda telah mengetahui sendiri. bisa membakar hangus segala rencana seluruh Nusantara ini.

Dipertubi-tubikanlah propaganda halus, ke Pedalaman Minangkabau, di kalangan Ninik, ninik-mamak dalam Nagari-nagari dan kedalam keluarga Kerajaan sendiri bahwa Gerak Wahabi atau Paderi yang berbahaya itu tidak dapat dibendung kalau hanya oleh kekuatan Adat. Sebab benteng Minangkabau selama ini hanyalah Adatnya. Minangkabau tidak mempunyai persediaan senjata yang lengkap, dan tidak pula mempunyai tentara besar. Bertambah maju Gerakan Wahabi dari Mekkah ini akan bertambah habis pamor Daulat kebesaran Tuanku dan Ninik-mamak Nan Gadang Besar Bertuah.

PANJI MASYARAKAT NO. 170 1 MARET 1975

Dengan propaganda yang teratur. Kadang-kadang dipakai juga orang-orang Arab yang didatangkan dari Jawa. Kadang-kadang memakai Qur’an dan Hadits, timbullah cemas yang besar dalam kalangan pemangku-pemangku Adat, dan timbullah cemas dalam kalangan Istana bahwa Gerakan Wahabi di tanah Arab.

Daulat Tuanku turut kena pengaruh yang telah menjalar ke Minangkabau itu kecemasan yang dihembus-hembuskan itu.

Oleh karena kecemasan penjajahan bukan saja di Minangkabau, bahkan di seluruh Sumatera, beberapa Pengulu datang dari Darat ke Padang, yang berada dibawah Pimpinan Tuanku sendiri, semuanya mewakili Pagarruyung. Nagari Suruaso, Batipuh, Singkarak, Saningbakar, Pitalah, Bungo Tanjung, Sumpur, Malalo, IX Koto dan Semawang. menyerahkan pengawasan dan penjagaan keamanan Alam Minangkabau kepada Belanda. Di hadapan Residen Sumatera Barat; James Du Puy, pada 10 Februari 1820. Perjanjian atas permintaan wakil-wakil Alam Minangkabau sendiri. Demikian kata Belanda. Dan dikatakan bahwa seketika janji diikat Tuanku dan Datuk datuk, Ninik-Mamak: berjanji dengan memakai Al-Qur’an.

Setahun kemudian, 10 Februari 1821 barulah Belanda dapat mendudukkan tentaranya di Semawang. Tetapi pada 28 April 1821. yaitu baru dua bulan di belakang, pecahlah Perang Belanda yang pertama dengan ra’yat Minangkabau di Sulit Air. Karena percobaan Belanda masuk kenegeri itu telah disambut ra’yat dengan perlawanan yang hebat, di bawah Pimpinan kaum Paderi. Itulah permulaan perang yang berkobar-kobar selama 16 tahun (1821 1837).

Setelah tercetus api peperangan yang mula sekali di Sulit Air itu menjalarlah dia ke Nagari-nagari yang lain di seluruh Alam Minangkabau. Mulailah Minangkabau seluruhnya terbakar. Sehingga Nenek Tuanku, Sulthan Alam Muning Syah tidak betah lagi berdiam di Pagarruyung. lalu beliau memencilkan diri ke Kuantan, meskipun Kuantan negeri Tuanku juga, sehingga Istana Jerong Kampung Dalam, di dalam Ulak Tanjung Bunga, tidak berpenghuni lagi, dan tinggallah yang mempertahankannya ra’jat sendiri, di bawah Pimpinan Ulama-ulama nya yang dinamai Kaum Paderi itu.

Belanda baru dapat merebut Pagarruyung setahun kemudian, yaitu 22 Maret 1822. Setelah berhadapan dengan pertahanan yang hebat sekali dari Paderi. Kolonel Raaf mempersilahkan Nenek Tuanku. Sulthan Alam Muning Syah pulang ke Pagarruyung dan Kolonel mengakui bahwa Tuanku adalah Yang tersebut tidak keberatan jika beliau naik kembali ke atas Singgahsana Kerajaan Alam Minangkabau menjadi Raja. Namun dengan alasan telah tua. Raja Alam Muning Syah menolak angkatan itu. Mungkin orang tua yang budiman itu telah tahu bahwa tidak ada artinya jadi Raja. kalau hanya angkatan Belanda.

Setelah beliau mangkat pada 1 Agustus 1825, diangkat Belanda-lah Tuanku jadi “Raja”. Tetapi bukan Sulthan, bukan Raja Alam, bukan Yang Dipertuan, melainkan menjadi Regen Tanah Datar.

Pada mulanya tidak ada keberanian moril Tuanku menolak, namun setelah menjadi Regen Tanah Datar dalam setahun demi setahun, kian terasalah bahwa hidup Tuanku terjepit laksana kuwe bika; Dari bawah didesak nyala, dari atas dibakar pula. Jabatan Regen rupanya hanyalah menjalankan perintah Kompeni mengerahkan ra’yat dalam Luhak Tanah Datar menolong Belanda, menjadi kuli mengangkat beban. mengurbankan harta-benda dan gengsi di usaha memusnah kan bangsa sendiri. Dan jabatan Regen itu bagi Tuanku adalah penghinaan !

Telah kami bongkar sejarah, bundelan lama, kata pusaka orang tua-tua, bahwa Pertemuan Dengan Sentot. sejak hari pengangkatan itulah mulai timbul rasa tidak puas, atau rasa menyesal yang pertama di hati Tuanku. Orang yang berhak satu-satunya di waktu itu menjadi Daulat Dipertuan, adalah suatu yang amat berat. Raja Alam di Pagarruyung, timbalan menurut Adat nan Kawi, syara’ nan lazim dalam Adat, Rajo Nan Tigo Selo: “Rajo Adat di Buo, Rajo Ibadat di Sumpu Kudus, Rajo Alam di Pagarruyung”

Suatu masalah lepas dari pertimbangan Besar Empat Balai, kalau belum putus menurut Adat, diselesaikan-lah ke Buo. Jika belum putus menurut Ibadat, halal dan haram, syah dan batal, diselesaikan ke Sumpu Kudus. Namun “Biang akan tembus, genting akan putus, keputusan tertinggi terpulang kepads Raja Alam di Pagarruyung!” Artinya ke-pada diri Tuanku sendiri. – Inilah yang telah dimusnahkan sekaligus, dengan angkatan Tuanku jadi Regen Tanah Datar.

Di-mana-mana di seluruh Alam Minangkabau perasaan bosan, cemooh dan benci kepada Belanda tambah menjalar. Sejak dari dalam Istana sampai ke teratak ke dusun jauh. Dalam pada itu Belanda-pun mendatangkan Sentot Prawirodirjo dari Jawa, yang setelah melihat perlawanan Tuannya, Pangeran Abdulhamid Diponegoro mulai menurun, telah menyerahkan diri kepada Belanda dengan segenap tentara Jawa bawahannya. Ketika dia hendak menyerah, beliau telah membuat syarat bahwa dia akan menyerah asal pakaian “Islam”-nya tetap dia pakai. Ketika dia masuk ke dalam kota Yogyakarta dengan segenap barisannya, beliau disambut dengan upacara militer.

Sentot segera dikirimkan ke Minangkabau untuk membantu Belanda menghancurkan perlawanan Kaum Paderi. Dikatakan kepadanya bahwa Kaum Paderi itu adalah Islam yang sesat. Kepada Sentot dijanjikan, bahwa dia akan dijadikan Raja dalam satu Daerah di Minangkabau, yaitu Daerah XIII Koto (Solok dan sekelilingnya), jika dia berhasil.

Tetapi Belanda tidak sempat yang memperhitungkan bahwa ada faktor yang mempertemukan Tuanku dengan Sentot. dan mempertemukan Sentot dengan Kaum Paderi dan mempertemukan di antara ketiga pihaknya, yang di zaman sekarang dinamai titik-titik pertemuan.

Sentot melihat dan menyaksikan dengan mata kepala sendiri setelah sampai di Minangkabau, bahwa golongan yang dia disuruh memerangi dan memusnahkannya, sama hakikatnya dengan dia. Sama pakaian, sama tujuan dan sama ucapan sembahyang! Dan orang-orang Paderi-pun, mulanya jadi pertanyaan, akhirnya melihat kenyataan, bahwa “Orang Jawa” yang disuruh memerangi mereka bukanlah orang kafir. tetapi sama-sama mengucapkan Azan bila waktu sembahyang tiba.

Dan di antara Tuanku dengan Sentot- pun sama-sama timbul keinsafan, bahwa kedua-duanya sama diperalat oleh betanda untuk membesarkan kekuasaan Belanda Tuanku diangkat jadi Regen, tetapi

Tanah-Air, kampung-halaman dan ra’yat

yang Tuanku cintai disuruh berperang musnah memusnahkan, hancur menghancurkan. Perang bersosoh di Jawa dan Tuanku Imam. antara orang Minang dengan orang Minang sendiri, diantara Pengulu dan Ulama. Disuruh mereka berdiri ke front hadapan, sehingga merekalah yang lebih banyak mati, sedang serdadu Belanda baru dilapis kedua. Demikian juga tentara yang didatangkan dari Jawa itu. Dimana berat perlawanan Paderi, mereka segera dikirim ke sana. Biar orang Melayu dan Jawa punah, Belanda yang tetap menang

Keinsafan yang timbul di ketiga pihak menyebabkan timbulnya pertemuan pertemuan rahasia. Utus mengutus, sehingga lama kelamaan Belanda sendiri merasakan pada tahun 1832 sampai pertengahan 1833 bahwa ada tanda-tanda “tidak beres”, baik dari tentara Jawa, ataupun dari pihak Regen Tanah Datar, Perlawanan sangat hebat meletus di mana-mana. Dan ada pula beberapa Tuanku Paderi yang masuk berpihak kepada Belanda, sebagai Tuanku Aia Koto Tuo dan Tuanku Nan Cerdik Pariaman. Bahkan Tuanku Mansiangan, bekas Kepala Perang Paderi yang diangkat sendiri oleh Tuanku Nan Renceh sebelum Pimpinan beralih ke Bonjol pernah pula berpihak kepada Belanda. Nampak bahwa ini semua hanya siasat belaka.

Surat Tuanku Sejarah rupanya menghendaki lain. Cita-cita Tuanku rupanya belum akan berhasil di waktu itu. Akhirnya Belanda mengetahui juga gerakan rahasia “Tiga Segi” ini, karena Surat Edaran Tuanku yang dikirimkan kepada Yang Dipertuan di Parit Batu, Tuanku Sembah di Batang Sikilang dan Tuanku di Air Batu, menyampai kan seruan serentak seluruh pimpinan, baik Raja- raja, atau Pengulu-pengulu, dan seluruh Tuanku- tuanku Ulama, agar bersatu mengusir Belanda.

Tuanku sebutkan  Setengah dari isi surat Tuanku itu berbunyi: “Kami mempermaklumkan kepada Tuanku-tuanku dan Pengulu bahwa semua semua yang telah diputuskan tempo hari wajib kita lanjutkan dengan segenap kekuatan, supaya kita tidak menanggung kerugian, kayu cempedak.”

Di surat itupun Tuanku sebutkan: “Kami yang dari Tiga Luhak telah bersatu dengan Daulat Yang Dipertuan di Pagarruyung dan Ali Basya Raja dari Jawa yang telah kita muliakan seperti Daulat Yang Dipertuan Pagarruyung jua adanya, dan kita telah berjanji akan mengusir Kompeni dari Tanah Datar, hingga kita ada harapan akan hidup berbahagia“.

Karena Belanda telah mengetahui rahasia ini dari mata-matanya yang disebarkan di seluruh front perjuangan, maka satu demi satu orang yang dicurigai. disingkirkan.

Dari situ bahwa Tuanku telah bersepakat karena itu dibuat siasat penangkapan oleh Belanda diatur begitu dengan Sentot Muhammad Ali Basya Raja cerdik. Setelah itu Tuanku diiringkan sebagai seorang tangkapan dari  Batusangkar ke Padang dengan satu Peleton tentara di bawah Pimpinan seorang Kapten Belanda. Akhirnya dibuang ke Betawi, dengan suatu penghinaan yang tiada taranya, yaitu kaki Tuanku dipasung kedua-duanya.

Tuanku Alam Koto Tuo, seorang Tuanku Paderi yang telah dipercayai Belanda, tetapi nama nya tersebut dalam surat Tuanku itu, ditangkap dan dipenggal lehernya. Tuanku Nan Cerdik di Naras Pariaman yang terdapat bukti-bukti bahwa dia turut Pemuka Adat ialah: menghadiri pertemuan-pertemuan rahasia Tiga Segi itu, yang beberapa waktu lamanya telah dipercayai Belanda dan telah digaji, ditangkap pula. lalu dibuang ke Betawi (Jakarta). Sentot Ali Basya diperintahkan segera berangkat ke Jawa, katanya untuk memanggil serdadu- serdadu yang baru, tetapi sesampai di
Jawa diasingkan ke Bengkulu.

Dan pada 2 hari bulan Mei 1833 Ulama yang bertiga ialah: Tuanku sendiripun ditangkap oleh Residen Civil dan Militer Belanda, Letnan Kolonel Elout di Batusangkar di dalam satu pertemuan ramah-tamah di rumah Residen itu sendiri. Pengawal-pengawal dan Pengulu-pengulu yang mengiringkan beliau. Tuanku tidak dapat berbuat apa-apa,

Kecintaan Rakyat Kebesaran Tuanku dalam hati ra’yat Minangkabau setelah Tuanku diasingkan tambah terasa. Meskipun Belanda mengatakan bahwa Tuanku hanya Regen Tanah Datar, bagi Ra’yat, Tuanku adalah Rajanya, yang belum pernah hilang dari hatinya.

Bertambah Tuanku dijauhkan dari mata mereka, bertambah. Tuanku bersemayam dalam ingatan mereka. Penangkapan Tuanku menyebabkan perang berkobar lebih hebat. Nagari- nagari yang telah dikuasai Belanda langsung memberontak dan menyatukan diri dengan Kaum Paderi.

Rajo Buo: sendiri, yaitu yang Sedaulat dalam ikatan “Rajo Tigo Selo” dengan Tuanku, bersama Rajo Sumpu Kudus, memimpin sendiri pemberontakan di Tanah Datar. Kemudian beliau menggabungkan diri dengan kaum Paderi melanjutkan perjuangan beliau di Pangkalan Koto Baru.

Dan setelah Rajo Buo berangkat ke Pangkalan Koto dipimpin Baru, perjuangan oleh Pengulu-pengulu di Pagarruyung sendiri. Sampai untuk mengejar pemberontak- pemberontak itu Belanda mendatangkan Pengulu-pengulu yang berpihak kepadanya dari Batipuh dan Simabur.

Bukan hingga itu saja, Tuanku. Bahkan terjadilah penyerbuan Kaum Paderi ke benteng Belanda di Guguk Sigandang. Di situlah pertempuran paling hebat. Setelah pertempuran yang banyak memusnahkan serdadu Belanda itu, banyak pemuka ra’yat tertangkap dan dihukum mati, dipancung leher.

Pada 29 Juli 1833, tidak cukup tiga bulan setelah Tuanku diasingkan Belanda, telah dipenggal leher 11 orang Pemuka Adat, 3 orang Pemuka Paderi (Ulama) dan seorang Hulubalang.
1). Dt. Bandaro dari Gunung. 2). Dt. Bandaro Nan Gapuk Laras VI Koto. 3). Dt. Nan Gelek Koto Lawas. 4). Dt. Bandaro Putth Koto Lawas. 5). Dt. Bandaro Koto Baru. 6). Dt. Sinaro Panjang Air Hangat. 7). Rangkayo Tuo dari Singgalang. 8). Dt. Putih dari Singgalang. 9). Dt. Putih dari Pandal Sikat. 10). Tuanku Mansiangan, bekas Panglima Umum Pertama Kaum Paderi. Kemudian menjadi Pimpinan Kaum Paderi di VI Koto. 11).Pakih Sulaiman anak Tuanku Mansiangan dan 12). Pakih Manggala murid
Dubalang atau Hulubalang yang
lincir dan lancar.
13). Seorang lagi itu ialah Bagindo di Aceh. Jumlah semua jadi 13 orang. Ketiga belasnya mendapat tuduhan yang sama, yaitu sekongkol dengan apa yang dinamai Regen Tanah Datar dalam komplotan hendak mengusir Belanda. (Belanda tidak pernah menyebut Yang Dipertuan).

Kemudian tersebut lagi beberapa Tuanku Paderi yang tercatat sebagai Pembela Yang Dipertuan. Yaitu Tuanku Nan Gapuk di Kamang, Tuanku Nan Pahit di Serilamak (Payakumbuh)..

Peperangan di Minangkabau bertambah berkobar. Pusat Paderi di Bonjol tidak juga dapat dita’lukkan. Akhirnya, pada awal bulan September 1833 Gubernur General J.C.Baud mengutus Comissaris General Van Den Bosch untuk mencari penyelesaian.

Syaikh Ahmad diminta merancang dan diutus ke Minangkabau.
Kalau perlu carilah perdamaian, asal saja gengsi Pemerintah Belanda dijaga jangan Usaha sampai jatuh. Namun itupun tidak berhasil. Sebelum kembali ke Jawa dengan terburu, Comissaris General Van Den Bosch mengutus A.F.Van Den Berg ditemani oleh seorang Arab bernama Syaikh Ahmad, hendak mengadakan perundingan dengan Tuanku Imam Bonjol.

Perundingan itu diadakan di Sasak (Talu), sia-sia. Tetapi oleh karena bukan Van Den Bosch sendiri yang datang, hanya wakilnya, Tuanku Imam-pun tidak datang. Dia hanya mengirim wakilnya pula, Tuanku Putih Gigi.

Tuanku Putih Gigi adalah Guru Agama dari Raja Alam Muning Syah untuk mengajar cucu-cucu Beginda, seketika Beginda mengasingkan diri di Kuantan. Yang kemudian menggabung kan diri ke Bonjol. Tuanku Putih Gigi datang ke tempat perundingan itu diiringkan oleh beberapa Tuanku- tuanku yang lain. Dan ketika perundingan akan dimulai Tuanku Putih Gigi mengemuka kan syarat. Perundingan itu Gagal karena wakil Tuanku Imam, diatas nama Tuanku Imam menyampaikan syarat. agar Sulthan Alam Bagagar Syah, dikembalikan ke Minangkabau.

Belanda berat mengabulkan permintaan yang satu itu. Sebab itu perundingan gagal, perang diteruskan. Akhirnya setelah empat tahun belakang, yaitu pada tahun 1837 barulah Bonjol dapat dita’lukkan, setelah segala kekuatan Belanda dipusatkan ke Minangkabau, dengan selesainya menakluk kan Pangeran Diponegero di Jawa.

Tuanku Imam ditangkap dan dibuang pula, meninggal di Menado (Kampung Lutak) 6 Nopember 1864.

Sebelum membongkar tulang belulang Tuanku di perkuburan Mangga Dua. telah kami bongkar sejarah Tuanku sekedar kesanggupan yang ada pada kami. Tiada kata lain yang dapat kami berikan untuk Tuanku, hanya satu: “Tuanku adalah Pahlawan!”

Tuanku adalah seorang Raja Pahlawan. Belanda menindis dan menurunkan martabat Tuanku dengan mengangkat Tuanku jadi Regen Tanah Datar, sehingga dibuat sekedudukan dengan Regen-regen yang lain di Minangkabau, yaitu ra’yat Tuanku yang tidak akan sanggup mengangkat kepalanya jika berhadapan muka dengan Tuanku, adalah usaha Belanda yang sia-sia Daulat Tuanku !

Tuankupun dicintai oleh Ulama-ulama Pemuka Paderi. Perundingan di Sasak menjadi gagal, walaupun Belanda telah membawa seorang Arab tua, Syaikh Ahmad, untuk membuat perundingan.

Tuanku adalah seorang Raja Pahlawan yang kami kagumi. Karena ketika Belanda mengutus Sayid Sulaiman Al- Jufriy ke Pagarruyung hendak mencari perdamaian dengan Kaum Paderi, disebut-sebut orang bahwa dia akan dijadikan Orang Besar Kompeni sebagai “Raja Perdamaian” di Minangkabau. Kedatangannya telah Tuanku terima dengan dingin. Tetapi Sentot Muhammad All Basya, bekas Panglima Perang dari Diponegoro, Tuanku perintahkan kepada ra’yat agar dihormati sebagai menghormati Tuanku juga.

Di samping itu di dalam catatan orang Belanda ada disebut kan bahwa Kaum Paderi di bawah Pimpinan Tuanku Lintau pernah mengadakan pembunuhan besar- besaran terhadap keluarga Kerajaan supaya Yang Dipertuan Minangkabau, Minangkabau di Koto Tangah, hanya Raja Alam di Pagarruyung dipulangkan. Sulthan Alam Muning Syah saja dengan seorang cucunya yang terhindar dari pembunuhan dengan selamat.

Setelah diselidiki dengan seksama, menurut ilmiyah, “ceritera” ini diragukan kebenarannya.

Dalam catatan sejarah orang Minangkabau sendiri, baik yang dicatat oleh Kaum Paderi, sebagai hikayat Fakih Shaghir dan catatan Tuanku Imam, atau dari ceritera mulut kemulut, tidaklah bertemu catatan pembunuhan besar2-an itu. Dan kalau itu memang kejadian, tentu dapat ditunjukkan dalam keluarga yang mana dan Raja yang mana, kemenakan siapa yang turut terbunuh. Karena baik keluarga Kerajaan di Pagarruyung atau keluarga di Buo dan di Sumpu Kudus, atau di Besar Empat Balai, ditambah dengan Tuan Gadang di Batipuh, sejak dahulu sampai kini terdapat sangkut- paut kekeluargaan, sehingga kalau ada yang dibunuh Paderi tidaklah akan hilang dari catatan keluarga. Dan kalau pembunuhan besar-besaran itu memang ada, sukar memikirkan bagaimana Tuanku dapat bersatu dengan kaum Paderi dan Sentot. Sukar memikir kan mengapa Rajo Buo sesudah Tuanku dibuang bergabung dengan Paderi. Dan seorang di antara ketiga pelopor Paderi, Tuanku di Sumanik yang mempelopori membawa faham Wahabi dari Mekkah bersama Tuanku Haji Miskin dan Tuanku Piobang, adalah keluarga terdekat dari Tuan Makhudum di Sumanik. Artinya termasuk orang terdekat Istana juga.

Setelah sejarah Tuanku kami bongkar, sebelum tulang Tuanku kami gali, kami telah mendapat kesimpulan bahwa Tuanku adalah salah seorang Pahlawan Tanah Air. yang dilahirkan Allah di Minangkabau. Meskipun pada permulaan membuka sejarah Tuanku, kedapatan nama dan gelar kebesaran Tuanku di atas sekali menandatangani surat penyerahan Minangkabau ke tangan Belanda, demi dengan sebab perjuangan Tuanku, nampak bahwa Tuanku telah membersihkan kembali tandatangan yang telah terbubuh. Hampir sama jalan sejarah Tuanku dengan Teuku Umar Johan Pahlawan di Aceh. Mulanya berpihak kepada Belanda, lalu diberi senjata banyak-banyak untuk memerangi ra’yat Aceh sendiri. Setelah senjata itu beliau terima, dia tinggalkan Belanda, dia pulang kepada ra’yat dan diperangi nya Belanda dengan senjata yang diberikan Belanda itu, dia pulang kepada ra’yat.
15


Kami hidupkan orang yang telah mati dan Kami tuliskan jasa-jasa mereka dan bekas yang mereka tinggalkan; Dan segala- galanya telah Kami perhitungkan untuk dihari qiyamat kelak”.

Telah kami bongkar sejarah Tuanku dan kami serahkan kepada Pemerintah kita dan kepada Perwakilan Ra’yat dan Gubernur Sumatera Barat, dan Menteri Sosial. Dan telah sampai ke tangan Presiden kita sendiri Jenderal Suharto. Setelah pihak-pihak yang bersangkutan itu meneliti sejarah perjuangan Tuanku, sefahamlah semuanya dengan kami; “Tuanku adalah Pahlawan”.

Dan Pemerintah R.I. mempersilahkan agar Tuanku ditempatkan di Makam Pahlawan Kalibata, agar sejajar dengan Pahlawan pahlawan Tanah Air yang lain. Dan di Balai Kota Jakarta Raya hari ini, di atas nama Pemerintah, Gubernur H.All Sadikin, dihadiri oleh bangsa Indonesia dari Minang. Tuanku telah dihormati, dihormati sebagaimana layaknya dan dimakamkan di Kalibata; Asal dari Tanah, hidup berjuang di atas Tanah, dan kembali ke dalam tanah; Sabda Tuhan: Allah
مِنْهَا خَلَقْنَاكُمْ وَفِيهَا نُعِيدُكُمْ وَمِنْهَا تُخْرِجُكُمْ تَارَةً الخرى

Dari Tanah kamu telah Kami jadikan, dari dalam Tanah kamu Kaml kembalikan, dan dari Tanah kamu akan Kami keluarkan sekali lagi

Sekalian Pahlawan kami, termasuk Tuanku, bagi Belanda adalah pengkhianat, bagi kami adalah Pahlawan. Bertambah banyak yang mengkhianati Belanda, bertambah banyak Pahlawan kami!

PEMBONGKARAN YANG KEDUA, yaitu pembongkaran Tuanku, sejarah perjuangan Tuanku, nama baik Tuanku, kepahlawanan Tuanku, tidaklah turut terkubur ke dalam tanah. Dia hidup terus. Itulah umur Tuanku yang kedua.

Meskipun Kerajaan Minangkabau tidak ada lagi, dan seluruh daerah Tanah-Air kita telah bergabung dengan sukarela sendiri dalam Republik Indonesia. Telah tercapai apa yang Tuanku citakan, kekuasaan Belanda tak ada lagi ditanah air kita seluruhnya. Dan kenangan atas diri Tuanku tetap hidup dan bertambah hidup untuk jadi salah satu kebanggaan kami sebagai bangsa Indonesia.

Dia akan hidup terus, selama manusia masih suka membaca, selama lidah-lidah masih berucap, selama buku dan kitab masih terkembang. selama ahli-ahli sejarah masih menyelidik, dan selama Sang Merah Putih masih berkibar.

Di hadapan anak cucu dan cicit dan hadapan pemangku-pemangku Adat Minangkabau yang telah Tuanku pusakakan, pulai yang berpangkat naik, membawa ruas dan buku.

Dan pusaka yang berpangkat turun, membawa adat dan lembaga.

Sekali lagi. kami mohon, maaf Tuanku, karena dua pembongkaran keturunan jauh dan dekat Tuanku di telah kami lakakan

“Sebelum mati peliharalah nama balk; Karena nama balk adalah umur manusia yang kedua”.

إِحْفَظُ لِنَفْسِكَ قَبْلَ مَوْتِكَ ذِكْرَهَا فَالذِكر الإنسان عُمر ثَانِ

إنا نحن نحي الموتى وَنَكْتُبُ مَا قَدَّمُوا وَأَثَارَهُمْ وَكُل شَيم

أَحْصَيْنَهُ فِي إِمَامِ مُبِينِ (ي)

Pembongkaran yang bergelanggang di mata orang banyak, yaitu tulang belulang Tuanku Mangga Dua kami pindahkan ke Makam Pahlawan dari

Pidato Prof. Dr. Hamka. Dalam upacara pemakaman kemball Sulthan Alam Bagagar Syah di Balal Kota Jakarta, tanggal 12-2-1975.

PANJI MASYARAKAT NO. 170 1 MARET 1975

(1). Gambar : Buya Hamka sedang membacakan riwayat Sulthan Alam Bagagarsyah (Foto: Hafa).

(2). Gambar ; Dalam ruang Balal Kota DKI Jakarta penuh sesak menyaksikan upacara penyerahan peti Jenazah dari keluarga kepada pemerintah DKI Jakarta. Tampak antara lain Dr. H. Mob. Hatta, Gubernur SUMBAR Drs. Harun Zain, sedangkan sebelah kanan adalah Gubernur DKI Jakarta H. All Sadikin (Foto: Hafa).
PANJI MASYARAKAT NO. 170 1 MARET 1975

ADA SEBELAS (11) PILAR SIFAT MANUSIAWI YANG BERADAB, MENURUT ADAT MINANGKABAU

Petatah MINANGKABAU menyebutkan … kapalang tukang binaso kayu kapalang cadiak binaso adat kapalang alim rusak agamo kapalang paham kacau nagari
Salah satu tujuan adat pada umumnya, khususnya adat Minangkabau adalah membentuk individu yang berbudi luhur, manusiawi yang berbudaya dan beradab.

Dari manusia-manusia yang beradab itu diharapkan akan melahirkan suatu masyarakat yang aman dan damai, sehingga memungkinkan suatu kehidupan yang sejahtera dan bahagia, dunia dan akhirat.
Masyarakat yang “Baldatun Toiyibatun wa Rabbun Gafuur”.
Untuk mencapai masyarakat yang demikian, diperlukan insan dengan sifat-sifat menurut adat Minangkabau antaranya adalah :

1. Hiduik Baraka, baukue jo bajangka

Dalam menjalankan hidup dan kehidupan orang Minang dituntut untuk selalu memakai akalnya, terukur dan harus mempunyai rencana yang jelas dan perkiraan yang tepat.
Kelebihan manusia dari hewan adalah manusia mempunyai kekuatan besar bila dipakai secara tepat dalam menjalankan hidupnya. Ketiga kekuatan tersebut adalah otak, otot dan hati.
Pengertian peningkatan sumber daya manusia tidak lain dari mengupayakan sinergitas dan kontrol ketiga kekuatan itu untuk memperbaiki hidup dan kehidupannya.
Dengan mempergunakan akal pikiran dengan baik, manusia akan selalu waspada dalam hidup, seperti dalam pepatah berikut :

Dalam mulo akhie mambayang, dalam baiak kanalah buruak
Dalam galak tangieh kok tibo , hati gadang hutang kok tumbuah

Dengan berpikir jauh kedepan kita dapat meramalkan apa yang bakal terjadi, sehingga tetap selalu hati-hati dalam melangkah.

Alun rabah lah ka ujuang ,alun pai lah babaliak
Alun di bali lah bajua , alun dimakan lah taraso

Didalam merencanakan sesuatu pekerjaan, dipikirkan lebih dahulu sematang-matangnya dan secermat-cermatnya.

Dihawai sahabih raso, dikaruak sahabih gauang, dijarah sehabis lobang

Dalam melaksanakan sesuatu pekerjaan, perlu dilakukan sesuai dengan urutan prioritas yang sudah direncanakan, seperti kata pepatah :

Mangaji dari alif, babilang dari aso
Mancancang balandasan, malompek basitumpu

Dalam melaksanakan suatu tugas bersama, atau dalam suatu organisasi kita tak mungkin berjalan sendiri-sendiri. Hilangkan rasa “pantang taimpik”.
Diharapkan dapat menyesuaikan diri dengan pola bermasyarakat kekinian. Jangan lagi bila dalam suatu organisasi itu hanya balego awak samo awak. Dalam kondisi yang demikian, akan berlaku pameo “Iyo kan nan kato beliau, tapi lakukan nan diawak”. Mari kita koreksi diri kita masing-masing dan mari kita pelajari kembali ajaran adat kita yang berbunyi sbb :

Bajalan ba nan tuo , balayie ba nakhodo , bakata ba nan pandai

Pepatah diatas mengisyaratkan bahwa nenek moyang kita telah lebih dahulu memahami pola organisasi modern era sekarang ini. “ Renungkanlah”.
Masih banyak diantara kita yang belum punya cita-cita hidup. Tidak tahu apa yang ingin dicapai dalam hidup ini. Namun ada juga yang punya cita-cita , tetapi tidak tahu bagaimana cara yang harus ditempuh untuk mencapai cita-cita itu.
Nenek moyang kita ribuan tahun yang lalu sudah tahu apa yang ingin dicapainya dalam hidup ini, dan sudah tahu pula cara apa yang harus ditempuh untuk mencapai cita-cita itu. Cobalah kita cermati pepatah berikut :

Nak kayo kuek mancari, nak tuah bertabur urai
Nak mulie tapeki janji , nak namo tinggakan jaso
Nak pandai kuek baraja

Salah satu syarat untuk bisa diterima dalam pergaulan ialah bila kita dapat membaca perasaan orang lain secara tepat. Dalam zaman modern hal ini kita kenal dengan ilmu empathi, yaitu dengan mencoba mengandaikan kita sendiri dalam posisi orang lain. Bila kita berhasil menempatkan diri dalam posisi orang lain, maka tidak mungkin kita akan memaksakan keinginan kita kepada orang lain. Dengan cara ini banyak konflik batin yang dapat dihindari. Pepatah mengajarkan dengan tepat sebagai berikut :

Elok dek awak , katuju dek urang

Segala sesuatu yang munurut pikiran sendiri adalah baik, belum tentu dianggap baik pula oleh orang lain. Kacamata yang dipakai mungkin sekali berbeda, sehingga pendapatpun berbeda pula. Kepala sama hitam, pikiran berbeda-beda.
Ssebelum ilmu manajemen berkembang di tanah air Indonesia kita tercinta, sejak tahun 1950-an yang berlalu, telah lama meyakini bahwa “perencanaan yang matang” adalah salah satu unsur yang sangat penting untuk terlaksananya suatu pekerjaan. Pepatah berikut meyakini kita akan kebenarannya :

Balabieh ancak-ancak , bakurang sio-sio , diagak mangko diagiehi, dibaliek mangko dibalah
Bayang-bayang sepanjang badan , nan babarieh nan dipahek
Nan baukue nan dikabuang , jalan nan luruih nan ditampuah
Labuah pasa nan dituruik, di garieh makanan pahat
Di aie lapehkan tubo , tantang sakik lakek ubek
Luruih manantang barieh adat

2. Baso basi jo sopan santun

Adat Minang mengutamakan sopan santun dalam pergaulan. Budi pekerti yang tinggi menjadi salah satu ukuran martabat seseorang. Etika menjadi salah satu sifat yang harus dimiliki oleh setiap individu Minang.

Adat Minang menyebutkan sebagai berikut :

Nan kuriak iyolah kundi , nan merah iyolah sago
Nan baiak iyolah budi , nan indah iyolah baso
Kuek rumah dek basandi , rusak sandi rumah binaso
Kuek bangso karano budi , rusak budi bangso binaso

Adat Minang sejak berabad-abad yang lalu telah memastikan, bila moralitas suatu bangsa sudah rusak, maka dapat dipastikan suatu waktu kelak bangsa itu akan binasa. Akan hancur lebur ditelan sejarah.
Adat Minang mengatur dengan jelas tata kesopanan dalam pergaulan. Kita tinggal mengamalkannya. Pepatah menyebutkan sebagai berikut:

Nan tuo dihormati , nan ketek disayangi , samo gadang bawo bakawan
Ibu jo bapak diutamokan

Budi pekerti adalah salah satu sifat yang dinilai tinggi oleh adat Minang. Begitu pula rasa malu dan sopan santun, termasuk sifat-sifat yang diwajibkan dipunyai oleh orang-orang Minang. Pepatah Minang memperingatkan :

Dek ribuik rabahlah padi, di cupak Datuak Tumangguang
Hiduik kok tak babudi , duduak tagak kamari cangguang
Rarak kaliki dek binalu , tumbuah sarumpun ditapi tabek
Kalau habih raso jo malu , bak kayu lungga pangabek

Kehidupan yang aman dan damai, menjadi idaman Adat Minang. Karena itu selalu diupayakan menghindari kemungkinan timbulnya perselisihan dalam pergaulan. Budi pekerti yang baik, sopan santun (basa basi) dalam pergaulan sehari-hari diyakini akan menjauhkan kita dari kemungkinan timbulnya sengketa. Budi perkerti yang baik akan selalu dikenang orang, kendatipun sudah putih tulang di dalam tanah.

Pepatah menyebutkan sbb:

Pucuak pauah sadang tajelo , panjuluak bungo linggundi
Nak jauah silang sangketo , pahaluih baso jo basi
Pulau pandan jauah ditangah, dibaliak pulau angso duo
Hancua badan di kanduang tanah , budi baiak takana juo
Nak urang koto ilalang, nak lalu ka pakan baso
Malu jo sopan kok lah ilang , habihlah raso jo pareso

3. Tenggang raso

Perasaan manusia halus dan sangat peka. Tersinggung sedikit dia akan terluka, perih dan pedih. Pergaulan yang baik, adalah pergaulan yang dapat menjaga perasaan orang lain. Kalau sampai perasaan terluka, bisa membawa bencana. Karena itu adat mengajarkan supaya kita selalu berhati-hati dalam pergaulan, baik dalam ucapan, tingkah laku maupun perbuatan jangan sampai menyinggung perasaan orang lain. Tenggang rasa salah satu sifat yang dianjurkan adat.

Pepatah memperingatkan sebagai berikut :

Bajalan paliharo kaki , bakato paliharo lidah
Kaki tataruang inai padahannyo , lidah tataruang ameh padahannyo
Bajalan salngkah madok suruik, kato sapatah dipikiaan

Nan elok dek awak katuju dek urang
Lamak dek awak lamak dek urang
Sakik dek awak sakik dek urang

4. Setia

Yang dimaksud dengan setia adalah teguh hati, merasa senasib dan menyatu dalam lingkungan kekerabatan. Sifat ini menjadi sumber dari lahirnya sifat setia kawan, cinta kampung halaman, cinta tanah air, dan cinta bangsa. Dari sini pula berawal sikap saling membantu, saling membela dan saling berkorban untuk sesama.

Pepatah menyebutkan sbb:

Malompek samo patah , manyarunduak samo bungkuak
Tatungkuik samo makan tanah , tatalantang samo minun aia
Tarandam samo basah , rasok aia pulang ka aia, rasok minyak pulang ka minyak

Bila terjadi suatu konflik, dan orang Minang terpaksa harus memilih, maka orang Minang akan memihak pada dunsanaknya. Dalam kondisi semacam ini, orang Minang sama fanatiknya dengan orang Inggris. Right or wrong is my country. Kendatipun orang Minang “barajo ka nan bana”, dalam situasi harus memihak seperti ini, orang Minang akan melepaskan prinsip.

Pepatah adat mengajarkan sbb:

Adat badunsanak, dunsanak patahankanAdat bakampuang, kampuang patahankanAdat banagari, nagari patahankanAdat babangso, bangso patahankanartinya ;
Parang ba suku samo dilipek, Parang samun samo

Dengan sifat setia dan loyal semacam ini, pengusaha Minang sebenarnya lebih dapat diandalkan menghadapi era globalisasi, karena kadar nasionalismenya tidak perlu diragukan.

5. Adil

Adil maksudnya mengambil langkah sikap yang tidak berat sebelah, dan berpegang teguh pada kebenaran. Bersikap adil semacam ini, sangat sulit dilaksanakan bila berhadapan dengan dunsanak sendiri. Satu dan lain hal karena adanya pepatah adat yang lain yang berbunyi “Adat dunsanak, dunsanak dipatahankan”.

Adat Minang mengajarkan sbb :

Bakati samo , maukua samo panjang
Tibo dimato indak dipiciangkan, tibo diparuik indak dikampihkan
Tibo didado indak dibusuangkan, mandapek samo balabo
Kahilangan samo marugi, maukua samo panjang
Mambilai samo laweh , baragiah samo banyak
Gadang kayu gadang bahannyo , ketek kayu ketek bahannyo
Nan ado samo dimakan , nan indak samo dicari i
Hati gajah samo dilapah, hati tungau samo dicacah
Gadang agiah baumpuak , ketek agiah bacacah

6. Hemat dan Cermat

Pepatah adat menyebutkan sbb:
Ibarat manusia
Nan buto pahambuih saluang , nan pakak palapeh badia
Nan patah pangajuik ayam, nan lumpuah paunyi rumah
Nan binguang kadisuruah-suruah , nan buruak palawan karajo
Nan kuek paangkuik baban , nan tinggi jadi panjuluak
Nan randah panyaruduak , nan pandai tampek batanyo
Nan cadiak bakeh baiyo , nan kayo tampek batenggang
Nan rancak palawan dunia

Ibarat tanah

Nan lereng tanami padi , nan tunggang tanami bamboo
Nan gurun jadikan parak, nan bancah jadikan sawah
Nan padek ka parumahan, nan munggu jadikan pandam
Nan gauang ka tabek ikan, nan padang tampek gubalo
Nan lacah kubangan kabau, nan rawan ranangan itiak

Ibarat kayu

Nan kuek ka tunggak tuo , nan luruih ka rasuak paran, nan lantiak ka bubungan
Nan bungkuak ka tangkai bajak, nan ketek ka tangkai sapu , nan satampok ka papan tuai
Rantiangnyo ka pasak suntiang, abunyo pamupuak padi i

Ibarat bambu

Nan panjang ka pambuluah, nan pendek ka parian, nan rabuang ka panggulai

Ibarat sagu

Sagunyo ka baka huma , ruyuangnyo ka tangkai bajak
Ijuaknyo ka atok rumah, pucuaknyo ka daun paisok, lidinyo ka jadi sapu

7. Waspada

Sifat waspada dan siaga termasuk sifat yang dianjurkan adat Minang seperti sbb :

Maminteh sabalun anyuik, malantai sabalun lapuak
Ingek-ingek sabalun kanai , sio-sio nagari alah , sio-sio utang tumbuah
Siang dicaliak-caliak, malam didanga-danga r

8. Berani karena benar

Islam mengajarkan kita untuk mengamalkan “amal makruf, nahi mungkar” yang artinya menganjurkan orang supaya berbuat baik, dan mencegah orang berbuat kemungkaran.

Menyuruh orang berbuat baik adalah mudah. Tapi melarang orang berbuat mungkar, mengandung resiko sangat tinggi. Bisa-bisa nyawa menjadi taruhan. Untuk bertindak menghadang kemungkaran seperti ini, memerlukan keberanian.

Adat Minang dengan tegas menyatakan bahwa orang Minang harus punya keberanian untuk menegakkan kebenaran. Berani karena benar. Pepatahnya adalah sbb :

Kok dianjak urang pasupadan , kok dialiah urang kato pusako
Kok dirubah urang Kato Daulu , jan cameh nyawo malayang
Jan takuik darah taserak, asalkan lai dalam kabanaran, basilang tombak dalam perang
Sabalun aja bapantang mati , baribu sabab mandating, namun mati hanyo sakali

Aso hilang duo tabilang , bapantang suruik di jalan, asa lai angok-angok
Asa lai jiwo-jiwo sipatuang, namun nan bana disabuik juo
Sekali kato rang lalu , anggap angin lalu sajo , duo kali kato rang lalu
Anggap garah samo gadang , tigo kali kato rang lalu , jan takuik darah taserak

9. Arif, bijaksana, tanggap dan sabar

Orang yang arif bijaksana, adalah orang yang dapat memahami pandangan orang lain. Dapat mengerti apa yang tersurat dan yang tersirat. Tanggap artinya mampu menangkis setiap bahaya yang bakal datang. Sabar artinya mampu menerima segala cobaan dengan dada yang lapang dan mampu mencarikan jalan keluar dengan pikiran yang jernih.
Ketiga sifat ini termasuk yang dinilai tinggi dalam adat Minang, seperti kata pepatah berikut :

Tahu dikilek baliuang nan ka kaki , kilek camin nan ka muka
Tahu jo gabak diulu tando ka ujan , cewang di langik tando ka paneh
Ingek di rantiang ka mancucuak, tahu didahan ka maimpok
Tahu diunak kamanyangkuik , pandai maminteh sabalun anyuik

Begitulah adat Minang menggambarkan orang-orang yang arif bijaksana dan tanggap terhadap masalah yang akan dihadapi. Orang-orang yang sabar diibaratkan oleh pepatah sbb:

Gunuang biaso timbunan kabuki, lurah biaso timbunan aia
Lakuak biaso timbunan sampah , lauik biaso timbunan ombak
Nan hitam tahan tapo, , nan putiah tahan sasah
Di sasah bahabih aia, dikikih bahabih basi

10. Rajin

Sifat yang lain yang pantas dipunyai orang Minang menurut adat adalah rajin seperti kata pepatah berikut ini :

Kok duduak marawuik ranjau, tagak maninjau jarah
Nan kayo kuek mancari , nak pandai kuek baraja

11. Rendah hati

Mungkin lebih dari separoh orang Minang hidup dirantau. Hidup dirantau artinya hidup sebagai minoritas dalam lingkungan mayoritas suku bangsa lain. Mereka yang merantau ke Jakarta, mungkin kurang merasakan sebagai kelompok minoritas.Tapi mereka yang merantau ke Bandung, Semarang, Malaysia, Australia, Eropa, Amerika mereka hidup ditengah-tengah orang lain yang berbudaya lain. Bagaimana perantau Minang harus bersikap ?

Adat Minang memberi pedoman sbb:

Kok manyauak di hilie-hilie, kok mangecek dibawah-bawah
Tibo dikandang kambiang mangembek, tibo dikandang kabau manguak
Dimano langik dijunjuang , disinan bumi dipijak, disitu rantiang di patah

Berarti kita harus merasa rendah diri, tetapi justru berarti kita orang yang tahu diri sebagai pendatang. Bila dalam beberapa saat kita bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan, malah bisa jadi orang teladan dan tokoh masyarakat dilingkungan baru. Pada saat itu dia tidak perlu lagi “manyauak di hilie-hilie” malah mungkin menjadi “disauakkan dihulu-hulu”, didahulukan selangkah, ditinggikan seranting, diangkat menjadi pemimpin bagaikan penghulu dilingkungannya.

Ini berarti sebagai perantau yang hidup dalam lingkungan budaya lain, maka kita sebagai kelompok yang minoritas harus tahu diri dan pandai menempatkan diri, “semoga, Aamiin”

Tiok Batuka Kusia Baru. Nasib Kudo Baitu Juo.

Tibarau di sangko tabu.
Tumbuah sa rumpun kaduo nyo.
Rabah di lao anak kambiang.
Rabah ma impok ka anjalai

Tiok batuka kusia baru.
Nasib kudo baitu juo.
Kuku ngilu roda lah baliang.
Bendi nan indak ta elo lai.

TERUSLAH BERSAHABAT, SAMPAI ALLAH BERSABDA : WAKTUNYA PULANG.
Ketika ada kesempatan…..,
Pergilah bersama teman-teman.
Berkumpul- kumpul, bukan sekadar makan, minum dan bersenang, tetapi ingat, waktu hidup kita semakin singkat. Maka, bangunkanlah PERSAUDARAAN.
Mungkin lain waktu kita tidak akan bertemu lagi.
Mungkin lain waktu kita sudah semakin susah untuk berjalan.
Umur itu seperti es batu, dipakai atau tidak, akan tetap mencair dan berakhir.
Begitu juga dengan umur kita.
Digunakan atau tidak digunakan, umur kita akan tetap berkurang, dan akhirnya kembali ke hadirat Ilahi.
Kita akan menjadi tua, sakit, dan meninggal..
Jalani hidup ini dengan ceria, sabar dan santai.
Jangan suka mau menang sendiri, sementara orang lain selalu salah.
Jangan buang sahabat cuma karena tak sepakat.
Satu keburukan teman, bukan berarti hilang sembilan kebaikannya.
Perbanyaklah waktu untuk berkumpul dengan teman- teman dan saudara-saudara kita.
Siapa tahu mereka nanti akan menjadi penolong kita di akhirat kelak.
Buanglah jauh jauh sifat egois dan iri hati.
Terimalah kekurangan dan kelebihan dari sahabat.
Bertemanlah dengan apa adanya, bukan karena ada apanya.
Nikmati semua waktu, senda dan tawa. Hargai semua perbedaan.
Percayakan kemampuan teman kita.
Jaga perasaannya, tutupi aibnya.
Bantu ketika dia jatuh, sediakan bahu ketika dia menangis.
Tepuk tangan dan gembira ketika dia sukses.
Sebut namanya dalam doa kita.
Bertemanlah dengan hati yang baik dan tulus.
Ketika hatimu baik dan tulus, percayalah, Allah juga akan selalu bersamamu.
Teruslah bersahabat sampai Allah berkata waktunya pulang..
Salam Bahagia dan Sehat Selalu.

MENGENANG Hajjah Rangkayo RASUNA SAID Bundo Kandung Ranah Minangkabau.

PEREMPUAN PEJUANG: MENGENANG Hajjah Rangkayo RASUNA SAID Bundo Kandung Ranah Minangkabau.

Bagi masyarakat Jakarta pasti tidak asing dengan nama Jalan HR Rasuna Said yang terletak di sepanjang Kuningan hingga Setiabudi, Jakarta Selatan. Nama ini diambil dari wanita pejuang kemerdekaan asal Sumatra Barat.
Rasuna yang bernama lengkap Hajjah Rangkayo Rasuna Said lahir pada 14 September 1910 di Maninjau, Agam, Sumatra Barat.
Wanita yang selalu menggunakan kerudung ini tak hanya berjuang untuk kemerdekaan bangsa Indonesia tetapi juga untuk kaum wanita.
Rasuna mendapatkan pendidikan sedari kecil. Ia memang dikenal dengan kecintaannya kepada ilmu pengetahuan. Pendidikan dasar Rasuna dihabiskan di Sekolah Rakyat Maninjau. Setelah itu ia melanjutkan ke Diniyah School di Padangpanjang. Kecerdasan Rasuna sudah bisa terlihat saat ia bersekolah.
Ia dipercaya mengajar kelas di bawahnya meskipun ia masih pelajar.
Tak hanya pendidikan umum, Rasuna juga menimba ilmu agama dengan tekun dan sungguh sungguh .
Usai menamatkan Diniyah School, Rasuna mengabdi menjadi pengajar di almamaternya Diniyah Putri dibawah asuhan Rangkayo Rahmah El Yunusiyah.
Tak banyak saat itu, Muslimah yang menempuh pendidikan hingga tingkat lanjut.
Rasuna ingin memajukan pendidikan bagi seorang wanita.
Selain pendidikan, ia juga tertarik dengan politik. Ia ingin agar wanita saat itu juga melek politik. Dalam pandangan agama, bangsa, dan politik, Rasuna banyak di pe ngaruhi gurunya H. Abdul Karim Amrullah, ayahanda HAMKA. Hingga akhir perjuangannya landasan berpikirnya selalu menggunakan pemikiran dari Inyiek DR Abdul Karim Amarullah — juga dikenal dengan nama julukan Inyik De-Er — ini.
Perjuangan politik dimulai Rasuna saat beraktivitas di Sarekat Rakyat sebagai sekretaris. Kemudian, dia bergabung sebagai anggota di Persatuan Muslim Indonesia.
Rasuna Said juga ikut mengajar di sekolah-sekolah yang didirikan Persatuan Muslimin Indonesia (PERMI). Kemudian, dia ikut mendirikan Sekolah Thawalib di Padang, dan memimpin Kursus Putri dan Normal Kursus di Bukit Tinggi.
Saat terjun dalam dunia politik, Rasuna dikenal dengan kemahirannya berpidato.
Isi pidato yang disampaikan nya selalu tajam menyangkut penindasan pemerintah Belanda ketika tahun 1930.
Begitu kiprah Bundo Kanduang Minangkabau masa lalu, menjaga harka martabat diri membela kampung dan nagari, berjuang untuk tegaknya kedaulatan bangsa dan tanah air, dibawah naungan negara NKRI.
Semoga kita bisa melanjutkan perjuangan Rasuna Said di bumi pertiwi yg kita cintai.
Aamiin.

Wassalam

APLIKASI SYARA’ MANGATO ADAIK MAMAKAI DALAM PERAN PEMANGKU ADAT DI TENGAH MASYARAKAT HUKUM ADAT MINANGKABAU Oleh : H. Mas’oed Abidin

  1. BUDAYA MINANGKABAU DIBANGUN DI ATAS PETA REALITAS
    Adat Minangkabau dibangun di atas ”Peta Realitas”, yakni Adat yang bersendi kepada “Nan Bana”. Dikonstruksikan secara kebahasaan. Direkam lewat bahasa lisan berupa pepatah, petatah petitih, mamang, bidal, pantun, yang secara keseluruhan dikenal sebagai Kato Pusako. Ditampilkan lewat berbagai upacara Adat serta kehidupan masyarakat se-hari-hari.
    Kato Pusako menjadi rujukan penerapan perilaku kehidupan masyarakat Minangkabau. Pokok pikiran ”Alam Takambang Jadi Guru” menunjukkan bahwa para filsuf dan pemikir Adat Minangkabau (Datuk Perpatih Nan Sabatang dan Datuk Katumanggungan, versi Tambo Alam Minangkabau) meletakkan landasan filosofis Adat Minangkabau atas dasar pemahaman mendalam bagaimana bekerjanya alam semesta termasuk manusia dan masyarakatnya. Mereka telah menjadikan alam semesta menjadi ”ayat dari Nan Bana”.
    Adat yang bersendi kepada “Nan Bana” sekaligus juga Pedoman serta Petunjuk Jalan Kehidupan (PPJK) Masyarakat Minangkabau.
  2. ADAT BASANDI SYARA’ (ABS), SYARA’ BASANDI KITABULLAH (SBK) MEMBANGUN KESADARAN KOLEKTIF AKAN NILAI AGAMA ISLAM DI DALAM NORMA ADAT DI MINANGKABAU UNTUK MEMBANGUN GENERASI UNGGUL TERCERAHKAN
    Allah telah menakdirkan kita sebagai satu kaum yang menempati dataran tinggi, berbukit, berlurah, dihiasi tebing dan munggu. Sungainya mengalir melingkar membalut negeri.
    Masyarakat Minangkabau ramah dan senang bertegur sapa atau bersilaturahim sesuai dengan ajaran Islam.
  3. FILSUL DAN PEMIKIR YANG MERENDA ADAT MINANGKABAU
    Konsep dasar Adat Sabana Adat menjadi kesadaran kolektif berupa Pandangan Dunia dan Pandangan Hidup (PDPH) masyarakat Minangkabau.
    Konsep PDPH merupakan inti Adat Minangkabau (Adat Sabana Adat) memengaruhi sikap umum dan tata-cara pergaulan dalam Adat nan Diadatkan dan Adat nan Taradat. Dasar falsafah hidup orang Minangkabau memang luas meliputi, susunan masyarakat, pengelolaan masyarakat, perekonomian masyarakatnya.
    DASAR FALSAFAH MINANGKABAU,
    ADA 3 (TIGA) RAHMAT DIBERIKAN ALLAH KEPADA NENEK MOYANG MINANGKABAU ITU ;
    ✓1. PIKIRAN (PARESO)
    ✓2. RASA (DALAM DIRI MANUSIA), DAN
    ✓3. KEYAKINAN (DALAM AGAMA YANG DIYAKINI), YAITU ISLAM SEHINGGA MELAHIRKAN “ADAIK BASANDI SYARA’, SYARA’ BASANDI KITABULLAH”.
    KEUNGGULAN KAULA MINANGKABAU PANDAI MEMENEJ WAKTU,
    TAU DI EREANG JO GENDEANG
    SESEORANG YANG TIDAK MENGISI WAKTUNYA DENGAN KEBAIKAN
    (SHALIHAH) PASTILAH IA AKAN MENUAI KEJELEKAN (FAHISYAH).
    MENYIANYIAKAN WAKTU AKAN MERUGI.
    MENJAGA WAKTU ADALAH KEJUJURAN MENJAGA AMANAH ALLAH
    BILA KITA DALAMI Dasar Falsafah Minangkabau yaitu Pikiran, Rasa (dalam diri manusia), dan Keyakinan (dalam agama), yaitu Islam, maka orang Minangkabau hidup berbekal moril dan materil yang bisa hidup menyesuaikan diri tanah perantauannya serta mampu berusaha menurut ukuran keahlian masing-masing. Dengan kedua bekal itu pula ada kewajiban membimbing generasi merebut sukses dunia dan akhirat, sesuai bimbingan syara’ (agama Islam).
  4. ORANG MINANGKABAU BERADAT DAN BERAGAMA ADALAH MASYARAKAT UNGGUL.
    Nilai Dasar (PDPH = Pandangan Dunia dan Pandangan Hidup) mengatur tatanan pergaulan Keduniaan dan mencapai Keakhiratan dalam suatu sistem pergaulan hidup dengan tujuan kebahagian di dunia dan di akhirat. Ajaran Islam adalah pandangan jalan hidup (philosophy and way of live) diajarkan oleh Allah Pencipta Alam di dalam Kitabullah, bahwa manusia makhluk memiliki fisik, ruhaniah, rasional, sosial, dan mempunyai keyakinan (beraqidah). Dalam syara’ (syariat Islam) disebut bertauhid. Masyarakat Unggul dan Tercerahkan dicetak dengan Menanamkan Nilai-Nilai Ajaran Islam dan Adat Budaya.
    Khusus bagi Masyarakat Adat Minangkabau digali dari Al-Qur’an, membentuk peribadi yang sadar akan keberadaan Allah Ta’ala dalam segenap aspek hubungan-Nya dengan manusia yang berdaya fikir. Berarti membuat Peta Kenyataan sesuai Petunjuk Ajaran Allah Ta’ala yang diuraijelaskan oleh Alquran dan ditafsirterapkan oleh Rasul lewat Sunnah sebagai Teladan Utama (Uswatun Hasanah), maka antara adat dan agama saling melengkapi dari yang genap sampai yang ganjil.
    Membina perilaku anak Nagari yang beradat dan beragama
    di Minangkabau menjadi kerja utama setiap Pemangku Adat di Nagari hingga Dusun dan Taratak.
    ✓. Rarak kalikih dek mindalu, tumbuah sarumpun jo sikasek, Kok ilang raso jo malu, bak kayu lungga pangabek.
    ✓. Nak urang Koto Ilalang, nak lalu ka pakan Baso, malu jo sopan kalau alah ilang, abihlah raso jo pareso
    Adat Minangkabau dinamis, menampakkan raso (hati, arif, intuitif) dan pareso (akal, rasio, logika), hasil nyata dari alam takambang jadi guru, makin kokoh dengan keyakinan yang diisi oleh agama Islam yang benar (haq dari Rabb) dalam membina perilaku anak kemenakan dan sekaum sekampung senagari.
    Tidak ada yang lebih indah daripada budi dan basabasi dalam masyarakat ber-tamaddun (berbudaya) karena budi pekerti paling dihargai. Hutang emas dapat di bayar, hutang budi dibawa mati. Agar jauh silang sengketa, perhalus basa dan basi (budi pekerti yang mulia). Jika ingin pandai rajin belajar, jika ingin tinggi (mulia), naikkan budi pekerti.
  5. CIRI MASYARAKAT BERADAT DAN BERAGAMA
    (TAMADDUN ~ BERBUDAYA)
    ✓. KUAT IKATAN ADAT DAN SYARA’ DALAM TATA BUDAYA & INTERAKSI MASYARAKATNYA,
    ✓. MEMILIKI DASAR PENGKADERAN & REGENERASI PADA STRATEGI PENDIDIKAN MASYARAKATNYA.
    ✓. TIDAK MELAHIRKAN GENERASI LEMAH (DZURRIYATAN DHI’AFAN).
    ✓. IMPLEMENTASI NILAI ADAT DALAM KEHIDUPAN NYATA.
    ✓. TEGUH BUDAYA TAQWA PADA PERKATAAN DAN PERBUATAN YANG BENAR SERTA JUJUR
    Penerapan ABS-SBK mengharuskan kehidupan perorangan serta pergaulan masyarakat Minangkabau berakar dari dan berpedoman kepada Al-Quran serta Sunnah Rasullullah.
    Dengan demikian, ABS-SBK dapat membentuk lingkungan sosial-budaya yang akan melahirkan masyarakat Minangkabau yang unggul tercerahkan dengan kekuatan akidah dan akhlak menurut Kitabullah.
  6. PETA BUDAYA MINANGKABAU
    Peta Budaya Minangkabau tergambar pada ASPEK SIMBOLIS ABS-SBK yang disebut Syara’ Mangato Adaik Mamakai, Alam Takambang Jadi Guru sebagai satu WARISAN BUDAYA yang dibangun berdasarkan Petatah Petitih (klasifikasi), peradaban (historis), Peta realitas alam (inti pemahaman hukum alam) dan Keyakinan Agama Islam (anutan kepercayaan). Kehidupan sosial berteras kebersamaan atau ta’awun dan musyawarah – landasan prinsip ABS-SBK, Syara’ Mangato Adaik Mamakaikan – mulai bergeser kepada memelihara kepentingan sendiri sendiri dari anggota masyarakatnya.
    PETA BUDAYA MINANGKABAU
    ✓. NILAI ISLAM MUDAH MENGAKAR KE DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT MINANGKABAU, SEHINGGA TERKENAL KUAT AGAMANYA DAN KOKOH ADATNYA, PADA BERBAGAI LINGKUNGAN TATANAN (SYSTEM) DAN PADA BERBAGAI TINGKAT TATARAN (STURCTURE).
    ✓. PALING MENDASAR ADALAH TATANAN NILAI DAN NORMA DASAR SOSIAL BUDAYA BERUPA PANDANGAN DUNIA DAN PANDANGAN HIDUP (PDPH)
    ✓. ORAANG YANG TIDAK BERADAT DAN TIDAK BERAGAMA ISLAM DI MINANGKABAU KEDUDUKANNYA DISEBUT TIDAK BERBUDI PEKERTI (INDAK TAU DI NAN AMPEK = SAMA ARTINYA DENGAN BODOH).
    Semestinya ABSSBK itu memengaruhi semua aspek Perilaku dan aspek Fisik dari Masyarakat Minangkabau itu.
    Manusia telah ditetapkan menjadi penduduk bumi dan ditugaskan untuk membina suatu peradaban sesuai dengan harkat kemanusiaan. Manusia memerlukan alat untuk menyampaikan maksud dengan saling berhubungan, bermuamalah satu sama lain. Tanpa adanya hubungan interaksi antara satu dan lainnya, pembinaan peradaban kemanusiaan tidak akan terjadi. Tata ruang yang jelas haruslah memberi posisi strategis kepada peran pengatur dan pendukung sistim banagari yang terdiri dari orang ampek jinih, yaitu ninik mamak , alim ulama , cerdik pandai , urang mudo , bundo kanduang dalam limbago tungku tigo sajarangan itu. Pembentukan karakter atau watak berawal dari penguatan unsur unsur perasaan, hati (qalbin Salim) yang menghiasi nurani manusia dengan nilai-nilai luhur yang tumbuh mekar dengan kesadaran kearifan dalam kecerdasan budaya serta memperhalus kecerdasan emosional serta dipertajam oleh kemampuan periksa evaluasi positif dan negatif atau kecerdasan rasional intelektual yang dilindungi oleh kesadaran yang melekat pada keyakinan (kecerdasan spiritual) yakni hidayah Islam. Watak yang sempurna dengan nilai nilai luhur (akhlaqul karimah) ini akan melahirkan tindakan terpuji, yang tumbuh dengan motivasi (nawaitu) yang bersih (ikhlas).
    KARAKTER ;
    GOTONG ROYONG.
    SALING MEMBANTU.
    TOLONG MENOLONG.
    SENTENG TOLONG DI BILAI,
    KURANG TOLONG DI TUKUAK.
    ” LAH MASAK PADI RANG SINGKARAK, MASAKNYO BATANGKAI TANGKAI, SA TANGKAI JARANG NAN MUDO. KABEK SABALIK BUHUE SINTAK, JARANGLAH URANG KA MA UNGKAI, TIBO NAN PUNYO RARAK SAJO”.
    Kelemahan mendasar pada melemahnya jati diri dan hilangnya semangat kebersamaan (kegotongroyongan) serta kurangnya komitmen kepada nilai-nilai luhur agama dan isolasi diri. Kelemahan internal masyarakat hukum adat ini menjadi semakin parah karena pembiaran kebebasan tanpa kawalan.
    Amat penting mempersiapkan generasi Sumatera Barat yang mengenali Hukum Adatnya termasuk aspek geografi dan demografi,, sejarah, latar belakang masyarakat, kondisi sosial, ekonomi, tamadun, budaya, adat-istiadat dan budi bahasa yang baik sesuai ”kesadaran kolektif” dengan seperangkat aturan menata hubungan memperindah kehidupan banagari.
    Perlu Pemeranan kembali Fungsi (refungsionisasi) pemangku adat untuk membangun masyarakat beradat dan beragama sebagai suatu identitas dalam tata sistem sosial adat basandi syara’ syara’ basandi Kitabullah. Nilai-nilai ajaran Islam mengajarkan agar setiap Muslim wajib mengagungkan Allah dan menghargai nikmatNya yang menjadi sumber dari rezeki, kekuatan, kedamaian dan membimbing manusia keluar dari kegelapan serta menjaga hubungan silaturahim (ukhuwah dan interaktif).
  7. KEKAYAAN BUDAYA LANGGO LANGGI MINANGKABAU
    TATANAN langgo langgi (struktur) Masyarakat Hukum Adat di Minangkabau adalah kekayaan tamadun masyarakat Sumatera Barat yang dibingkai kearifan local (local wisdom) berisi kecerdasan local (local genius) masyarakat di Sumatera Barat, sebagai satu aplikasi dari tatanan berpuak-puak dan bersuku-suku yang menjadi satu bentuk dari rahmat Allah Subhanahu wa Ta’ala sebagai telah diterangkan dalam Kitabullah Al Quranul Karim.
    Langgo Langgi MHA Minangkabau itu tampak jelas di Nagari yang terdiri dari suku, kampuang, jurai yang bermula dari rumah tangga. Pada semua tingkatan itu ada pengawalan posisi dan fungsi, sesuai sabda Rasulullah bahwa setiap orang adalah menjadi pemimpin yang akan diminta pertanggungan jawab dari kepemimpinan nya. Artinya, ada kaidah, karajo ba umpuak surang surang, urang ba jabatan masieng masieng, yakni ada pembagian pekerjaan dalam menjaga watak dan perilaku generasi dalam tatanan langgo langgi sebagai awal dari upaya pendidikan berkarakter.
    Tatanan Langgo Langgi itu dalam rentang waktu amat panjang telah terbukti banyak memberikan kontribusi bagi membangun daerah dalam bentuk fisik maupun idea baik secara materil maupun moril dengan kekuatan filosifi adat budaya Minangkabau dengan adagium ABSSBK.
  8. CIRI KHAS ADAT BUDAYA MINANGKABAU
    MASYARAKAT ABSSBK DI SUMATERA BARAT memiliki ciri khas Beradat dengan ABSSBK dan Beradab yang Beragama Islam.
    ABSSBK menjadi konsep dasar Adat Nan Sabana Adat memengaruhi sikap umum dan tata-cara pergaulan masyarakat dalam tatanan dan tataran kekerabatan masyarakat menurut tatanan nilai dan norma dasar sosial budaya membentuk Pandangan Dunia dan Panduan Hidup (perspektif).
    ✓. GAMBARAN BUDAYA MINANGKABAU BERDASAR ABS-SBK
    Adat dan Budaya Minangkabau memengaruhi seluruh aspek kehidupan masyarakat nagari dalam kabupaten (kota) di Sumatera Barat, berupa Sikap Umum seperti, Nan Rancak/ Elok, Tanah Ulayat, Harta milik kaum, Hukum/ Cupak, Tungku Tigo Sajarangan, Balai Adat, Surau/ musajik, Taratak, Nagari dan memengaruhi pula perilaku serta Tata-cara Pergaulan Masyarakat seperti, Musyawarah/ mupakaik, Adat istiadat, Sistim kekeluargaan, hubungan kekerabatan Matrilinial, peran dan posisi Pangulu, Mamak, Tungganai, Pidato Adaik, Komunikasi informal dan juga Komunikasi non-verbal.
    Sikap dan tata cara sedemikian menjadi landasan pembentukan pranata sosial keorganisasian dan pendidikan melahirkan berbagai gerakan, permainan, produk budaya dikembangkan secara formal ataupun informal dan menjadi petunjuk perilaku bagi setiap dan masing-masing anggota masyarakat di dalam kehidupan sendiri-sendiri, maupun bersama-sama.
    Sebagai masyarakat beradat ABSSBK maka kaedah-kaedah raso, pareso dan alam takambang jadikan guru memberikan pelajaran strategi penerapan dengan “Mengutamakan prinsip hidup keseimbangan” dan “Kesadaran kepada bagaimana luasnya bumi Allah.”.
    Ada beberapa kendala — dalam penerapan kembali nilai-nilai budaya tersebut. Diantaranya, hubungan kekerabatan keluarga mulai menipis, hilang malu dan sopan, peran ninik mamak hanya dalam batas batas seremonial, peran manajemen suku tidak berfungsi, peran substantif dari ulama, dalam pembinaan akhlak anak nagari kerap kali tercecerkan, peran pendidikan akhlak berdasarkan prinsip-prinsip budaya adat berdasarkan ABS-SBK menjadi kabur dan melemah pula.
    Memang amat terasa sedang terjadi perubahan cepat tanpa batas ini. Hubungan komunikasi informasi berpengaruh kepada pengamalan nilai-nilai tamaddun.
    Sungguhpun kekuatan Budaya Minangkabau terikat kuat penghayatan Islam namun kelengahan dalam menghadapi intervensi budaya luar, berakibat jalan di alieh urang lalu, sukatan di tuka urang panggaleh, dan adaik indak dipagang taguah, agamo indak dipacik arek. Kondisi tercerabutnya agama dari diri masyarakat Sumatera Barat –Minangkabau –, berakibat besar kepada perubahan perilaku dan tatanan masyarakatnya.
    ✓. PDPH Masyarakat Minangkabau Diungkapkan dalam SENI BUDAYA di antaranya, seni musik (saluang, rabab), seni pertunjukan (randai), seni tari (tari piriang), dan seni bela diri (silek dan pamenan). Juga di benda-benda budaya (karih, pakaian pangulu, mawara dll), bangunan (rumah bagonjong), serta artefak lain-lain mewakili ungkapan fisik dari konsep pandangan perilaku Adat Minangkabau. sehingga masing-masing menjadi lambang dengan berbagai makna.
    ✓. PERPADUAN ADAT DAN SYARA’.
    Perpaduan agama dan adat “syara’ mangato adaik mamakaikan” adalah Tatanan Nilai dan Norma Dasar Sosial Budaya dibentuk oleh Nilai-nilai Islam sebagai pandangan hidup yang menjadi landasan dasar pengkaderan re-generasi di nagari di Minangkabau.
    ✓. SYARA’ MANGATO ADAIK MAMAKAI
    TATANAN NILAI DAN NORMA DASAR SOSIAL BUDAYA YANG DIBENTUK OLEH NILAI-NILAI ISLAM SEBAGAI PANDANGAN HIDUP.
    SINERJITAS TERLIHAT DALAM KAWALAN PELAKSANAAN OLEH LIMBAGO “PEMANGKU ADAT” DAN TUNGKU TIGO SAJARANGAN YANG MENATA DAN MENGAWASI KEBIJAKAN UMUM ADAIK TARADAIK KAN, ADAIK ISTIADAIK, ADAIK NAN DI ADAIKKAN.
    MENJADI ATURAN DALAM KEGIATAN KEHIDUPAN ANAK NAGARI DI MINANGKABAU.
    Syara’ Mangato Adaik Mamakai memberi ruang bagi pengembangan kreatif potensi nagari dan penduduknya di Sumatera Barat dalam menghasilkan buah karya sosial budaya yang berdampak kepada peningkatan ekonomi anak nagari, serta karya-karya pemikiran intelektual serta keragaman tambo yang terlihat nyata sebagai folklore yang telah dan akan menjadi mesin pengembangan dan pertumbuhan Sumatera Barat di segala bidang. Tata nilai ini mestinya dijaga oleh lembaga ”pemangku adat” yang menata dan mengawasi kebijakan umum yakni adat nan teradatkan, adat istiadat, adat nan di adatkan.
    ✓. HAKIKAT SYARA’ MANGATO DI MINANGKABAU
    PERAN SYARA’ DI MINANGKABAU MENUMBUHKAN KESADARAN MEMBENTUK DIRI MASYARAKAT DALAM IKATAN KEKERABATAN & PERSAHABATAN PERGAULAN
    PENCAPAIANNYA MESTI MELALUI GERAKAN DA’WAH ILAA ALLAH, YAKNI SERUAN KEPADA ISLAM (GERAKAN BASURAU).
    ISLAM ADALAH AGAMA RISALAH. PENYEBARANNYA SERTA PENYIARANNYA DILANJUTKAN OLEH DA’WAH, UNTUK MEWUJUDKAN KESELAMATAN DAN KESEJAHTERAAN HIDUP UMAT MANUSIA, DI DUNIA DAN SAMPAI DI AKHIRAT.
    Norma Dasar Sosial Budaya ini jadi aturan dalam kehidupan “anak nagari” di Minangkabau melahirkan generasi pengganti yang lebih sempurna. Cara berinteraksi (bermuamalah) dengan panduan adat dan syara’ diperlukan setiap masa. Suatu individu atau kelompok masyarakat yang kehilangan pegangan hidup (aqidah dan adat), walau secara lahiriyah kaya materi, namun miskin mental spiritual, akan terperosok kedalam tingkah yang menghancurkan nilai fithrah itu.
    Dalam menerapkan hubungan muamalah mesti ada semangat persaudaraan (ruh al ukhuwwah) yang terjalin baik. Persaudaraan tidak dapat di raih dengan meniadakan hak-hak individu orang banyak. Nilai-nilai ideal kehidupan masyarakat ABSSBK itu terlihat pada,
    ✓. adanya rasa memiliki bersama,
    ✓. kesadaran terhadap hak milik,
    ✓. kesadaran terhadap suatu ikatan kaum dan suku,
    ✓. kesediaan untuk pengabdian,
    ✓. terjaga hubungan positif akibat hubungan pernikahan, hubungan semenda menyemenda, bako baki, ipa bisan, andan pasumandan, dan hubungan mamak kamanakan. Kelima nilai ideal itu akan menjadi kiat untuk meraih keberhasilan. Dek sakato mangkonyo ado, dek sakutu mangkonyo maju. Artinya perlu kesepakatan dalam tujuan bersama pencapaian cita-cita bersama. Konsep hidup ini diterapkan di dalam warisan adaik di salingka kaum dan salingka nagari.
    ✓. STRATEGI PENGAMALAN SYARA’ MANGATO
    Strategi Pengamalan ABSSBK di Nagari menerapkan syara’ mangato adaik mamakaikan dengan menggali potensi dan asset nagari. Mengabaikan potensi ini pasti mendatangkan kesengsaraan bagi masyarakat adat itu. Penerapannya dimulai dengan memanggil unsur manusia di masyarakat nagari kemudian menggerakkan melalui penyertaan aktif dalam proses pembangunan nagari. Optimisme banagari mesti dipelihara dengan kesadaran kearifan dan kemampuan evaluasi yang dilindungi kesadaran keyakinan hidayah Islam.
  9. MENYATUKAN ADAT DAN SYARA’ PENTING DALAM BERMUAMALAH
    ✓. PEMBINAAN GENERASI YANG MEWARISI KUALITAS PEMIMPIN DAN PENGGERAK.
    ✓. MENJAGA JATI DIRI GENERASI, PADU KUAT DAN LASAK, INTEGRATED INOVATIF.
    ✓. MENGASASKAN AGAMA DAN AKHLAK MULIA SEBAGAI DASAR PEMBINAAN.
    ✓. MENCETAK ILMUAN BERIMAN BERTAQWA DENGAN MINAT (CITA CITA) TINGGI DAN WAWASAN (KEARIFAN) LUAS.
    ✓. MEWUJUDKAN MASYARAKAT MADANI YANG BERTERAS KEADILAN SOSIAL YANG TERANG
    Strategi pengamalan tumbuh dari saling menghargai dan menghormati. Masyarakat nagari sesungguhnya tidak terdiri dari satu keturunan (suku) saja. Ada beberapa suku asal muasal dari berbagai daerah di sekeliling ranah bundo. Sungguhpun berbeda, namun dapat bersatu dalam satu kaedah hinggok mancangkam tabang basitumpu atau hinggok mencari suku dan tabang mencari ibu. Satu bentuk perilaku egaliter Minangkabau yang murni adalah Otoritas masyarakat independen.
    Kita memahami, WAHYU PERTAMA kepada Nabi Muhammad SAW adalah perintah iqra (bacalah). Artinya menghendaki perpindahan dari pasif menjadi aktif dan dari diam kepada bergerak.
    Bacalah yang tersurat sehingga pengetahuan dan keahlian bertambah. Bacalah yang tersirat diajarkan oleh utusan Tuhan, sehingga mengerti, dan memahami. Bacalah yang tersuruk dalam rahasia alam yang beraneka warna, agar sadar dan mendapat sinar iman. Bacalah yang terserak dalam bermuamalah hubungan ekonomi sehingga terhindar dari sikap loba dan tamak yang mempertajam pertentangan dhu’afak dan aghniya’ berpunya (modalwan). Sikap bakhil meruntuhkan persaudaraan dan perpaduan. Maka diperlukan sifat Amanah (kepercayaan), dipercayai lahir dan batin, karena bersifat jujur, lurus, benar, tidak menipu dan tidak lain di mulut lain di hati, karena hal itu dapat merugikan masyarakat anak kemenakan dan kaumnya, dan Fathonah (berilmu dan cerdas) dan tidak boleh bodoh atau dungu.
    Sifat-sifat yang harus dimiliki oleh Ninik Mamak yaitu Siddiq (benar), Tabligh (menyampaikan) kepada anak kemenakan yang dipimpin tentang suruhan dan larangan yang harus diketahui dan diamalkan oleh anak kemenakan.
    ✓. Prinsip kepemimpinannya adalah: bapantang kusuik indak salasai (berpantang kusut yang tidak selesai), bapantang karuah indak janiah (berpantang keruh yang tidak jernih). Artinya setiap persoalan yang tumbuh dalam kaum, sukudan nagari dapat dicari pemecahannya melalui musyawarah dan mufakat. Maksudnya, seorang Ninik Mamak mempunyai kepedulian yang tinggi terhadap anak dan kemenakan. Terhadap anaknya sendiri dia pangku, kemenakannya ia bimbing dan selanjutnya ia arif pula terhadap orang kampungnya yang harus ditenggang atau diperhatikan pula dengan penerapan adat istiadat yang berlaku. Kepemimpinan Ninik Mamak itu di samping arif bijaksana juga harus pintar memilah-milah di antara sekian banyak kasus yang terjadi di kalangan anak kamanakan atau masyarakatnya dan kemudian mengambil suatu keputusan yang bijak, masuk akal dan menyenangkan dengan ukuran-ukuran (norma) yang umum.
    “Pendidikan karakter” wajib untuk mempersiapkan patah tumbuah hilang baganti dari anak kemenakan melalui satu manajemen suku yang terarah dalam kehidupan bernagari. Kecerdasan dapat dimiliki seseorang dengan menuntut ilmu pengetahuan baik itu ilmu agama, ilmu tentang adat istiadat, maupun ilmu pengetahuan umum lainnya. Ilmu yang dimiliki tersebut dapat dipergunakan untuk memimpin masyarakat, anak kemenakan ke arah untuk mencapai kemakmuran lahir dan batin.
    ✓. STRATEGI MEMBANGUN NAGARI
    MASYARAKAT DI SUMATERA BARAT dalam membangun nagarinya memiliki ciri khas adat ABSSBK adalah Masyarakat Beradat, Beradab dan Beragama (Islam). Dalam pengamalan ABSSBK lebih dititik beratkan kepada menghormati kesepakatan bersama dalam kerangka adaik sa lingka nagari dan pusako salingka kaum. Nagari di Minangkabau (Sumatera Barat) seakan sebuah republik kecil. Mini Republik ini punya sistim demokrasi murni, pemerintahan sendiri, asset sendiri, wilayah sendiri, perangkat masyarakat sendiri, sumber penghasilan sendiri, bahkan hukum dan norma-norma adat sendiri atau mempunyai Suku, Sako dan Pusako.
    Nagari tumbuh dengan konsep tata ruang yang jelas. Ba-balerong (balai adat) tempat musyawarah, ba-surau (musajik) tempat beribadah. Ba-gelanggang tempat berkumpul. Ba-tapian tempat mandi. Ba-pandam pekuburan. Ba-sawah bapamatang, ba-ladang babintalak, ba-korong bakampung.
  10. ASPEK FISIK DARI UNSUR-UNSUR NAGARI DI MINANGKABAU
    ✓. BASASOK BAJURAMI
    ✓. BALABUAH BATAPIAN
    ✓. BARUMAH BATANGGO
    ✓. BAKORONG BAKAMPUANG
    ✓. BASAWAH BALADANG
    ✓. BABALAI BAMUSAJIK
    ✓. BAPANDAM BAPAKUBURAN
    Konsep tata-ruang ini adalah salah satu asset sangat berharga. Idealisme nilai budaya di Minangkabau. Nan lorong tanami tabu, Nan tunggang tanami bambu, Nan gurun buek kaparak, Nan bancah jadikan sawah, Nan munggu pandam pakuburan, Nan gauang katabek ikan, Nan padang kubangan kabau, Nan rawang ranangan itiak. Sikap hidup ini mendorong kegiatan masyarakat di bidang ekonomi dengan sikap tawakkal bekerja dan tidak boros serta pandai mengendalikan diri, jangan melewati batas, dan berlebihan. Artinya bekerja sepenuh hati, dengan mengerahkan semua potensi yang ada, tidak menyisakan kelalaian dan ke-engganan, atau tidak berhenti sebelum sampai, dan tidak berakhir sebelum benar-benar sudah. Hasilnya tergantung dalam dangkalnya sikap hidup tersebut berurat dalam jiwa masyarakatnya.
  11. NAGARI DI MINANGKABAU ADALAH ULAYAT HUKUM ADAT DENGAN KESEPAKATAN KOLEKTIF ANTARA MASYARAKAT HUKUM ADAT-NYA.
    ✓. KEBERSAMAAN (SACIOK BAK AYAM SA-DANCIENG BAK BASI), DITEMUKAN DALAM PEPATAH “ANGGANG JO KEKEK CARI MAKAN, TABANG KA PANTAI KA DUO NYO, PANJANG JO SINGKEK PA ULEH KAN, MAKO NYO SAMAPAI NAN DI CITO”.
    ✓. KETERPADUAN (BAREK SA PIKUE RINGAN SA JINJIENG) ATAU HIDUPNYA PERILAKU DITENGAH MASYARAKATNYA DENGAN “ADAIK IDUIK TOLONG BA TOLONG, ADAIK MATI JANGUAK MAN JANGUAK, ADAIK ISI BARI MAMBARI, ADAIK TIDAK SALANG MANYALANG (BA SALANG TENGGANG)”.
    ✓. “KARAJO BAIEK BA-IMBAU-AN, KABA BURUAK BAHAMBAU-AN”.
    ✓. “Ka lauik riak mahampeh, Ka karang rancam ma-aruih, Ka pantai ombak mamacah. Jiko mangauik kameh-kameh, Jiko mencancang, putuih – putuih, Lah salasai mangko-nyo sudah”.
    ✓. “Kayu pulai di Koto alam, Batangnyo sandi ba sandi, Jikok pandai kito di alam, patah tumbuah hilang baganti”.
    Nagari di Minangkabau tidak hanya sebatas ulayat hukum adat. Paling utama wilayah kesepakatan antar komponen masyarakat yang berkemajuan dibidang rohani dan jasmani. Masyarakat Ber-Adat dan Beradab ABSSBK itulah yang membangun nagari dilandasi Kitabullah yang adatnya tidak mungkin lenyap karena menyatu dengan nagarinya. Secara alamiah (natuurwet) adat itu akan selalu ada dalam prinsip « patah akan tumbuh » (maknanya hidup dan dinamis) dan akan menjadi amat dominan ketika dikuatsendikan oleh keyakinan agama akidah tauhid, dengan bimbingan kitabullah (Alquran) bahwa yang hilang akan berganti. Melaksanakan Adat ABS-SBK mesti diperkuat tali hubungan antara Adat Sebagai Pedoman serta Petunjuk Jalan Kehidupan dibuhul-eratkan dengan Ajaran Islam yang menetapkan adanya akhlak mulia (karimah).
    Di dalam berinteraksi sebagai awal dari praktek hubungan mu’amalah maka generasi Minangkabau memakaikan acuan perilaku dengan filosofi nan tuo di mulialakan, nan kletek disayangi, samo gadang lawan ba iyo serta memakaikan sikap istiqamah (konsistensi) sesuai syari’at agama Islam.
  12. PERAN PEMANGKU ADAIK DI NAGARI
    ✓. MANJAGO ADAIK JO PUSAKO
    ✓. MAMALIARO ANAK KAMANAKAN
    ✓. MENJALIN KEKUATAN BERSAMA UNTUK MENGHAMBAT SEMUA GERAKAN YANG MERUSAK SYARA’
    ✓. MENEGAKKAN PENGHAKIMAN YANG ADIL SESUAI SYARA’ MANGATO
    ✓. MELAHIRKAN MASYARAKAT PENYAYANG SOPAN SANTUN BUDI KATUJU DI DALAM KAUM DAN NAGARI SESUAI TUNTUNAN ADAIK BASANDI SYARA’, SYARA’ BASAANDI KITABULLAH.
    Fungsionaris Pemangku Adat dan Pemuka Masyarakat dalam Nagari mesti memahami nilai nilai budaya luhur karena punya makna jati diri yang jelas, dengannya mampu menjaga martabat, patuh dan taat beragama, menjadi agen perubahan, dengan motivasi yang bergantung kepada Allah, mengamalkan nilai nilai ajaran Islam sebagai kekuatan spritual, dinamis dalam mewujudkan sebuah kemajuan fisik material, tanpa harus mengorbankan nilai nilai kemanusiaan.
    Pemangku Adaik di Nagari menduduki posisi strategis pengatur dan pendukung sistim banagari dari orang ampek jinih, sebagai ninik mamak (Penghulu pada setiap suku, yang sering juga disebut ninik mamak nan gadang basa batuah, nan di amba gadang, nan di junjung tinggi, suatu legitimasi masyarakat nan di lewakan), didampingi alim ulama (disebut dengan panggilan urang siak, tuanku, bilal, katib nagari atau imam suku) dalam peran sebagai pemimpin agama Islam. Gelar menekankan kepada peran ditengah denyut nadi kehidupan masyarakat (anak nagari). Disampingnya ada cerdik pandai (terdiri dari anak nagari yang menjabat jabatan pemerintahan, para ilmuan, perguruan tinggi, hartawan, dermawan), dan urang mudo (Para remaja, angkatan muda nan capek kaki ringan tangan, nan ka di suruah di sarayo), serta bundo kanduang (Kalangan ibu-ibu, yang pada mereka terletak garis keturunan dalam sistim matrilinineal dan masih berlaku hingga saat ini) kesemuanya berada dalam limbago tungku tigo sajarangan itu.
    Walaupun berbeda dalam fungsi namun fatwa adat di Minangkabau mengungkapkan “Pawang biduak nak rang Tiku, Pandai mandayuang manalungkuik, Basilang kayu dalam tungku, Di sinan api mangko hiduik”.
  13. HIERARKI ADAT MINANGKABAU UNIK
    Minangkabau tidak saja unik dengan garis keturunannya, tetapi juga unik sistem kepemimpinan pemuka masyarakat dan Pemangku Adatnya yang pada masa ini berhimpun dalam Tungku Tigo Sajarangan yang terdiri dari tiga unsur dalam perinsip musyawarah.
    Sebagai masyarakat beradat ABSSBK maka kaedah-kaedah adat itu memberikan pelajaran strategi dalam penerapannya.
    Pemantapan agama dan adat “syara’ mangato adaik mamakai” adalah Tatanan Nilai dan Norma Dasar Sosial Budaya dibentuk oleh Nilai-nilai Islam sebagai pandangan hidup.
    Tata nilai ini dijaga melalui Sinerjitas dalam kawalan pelaksanaan oleh lembaga ”tungku tigo sajarangan” yang menata dan mengawasi kebijakan umum yakni adat nan teradatkan, adat istiadat, adat nan di adatkan. Melemahnya peran ninik mamak tungku tigo sajarangan tali tigo sapilin lebih disebabkan lemahnya penegasan undang adat di nagari dan kurang pemahaman pola pelaksanaan Peraturan berpemerintahan di nagari di Sumatera Barat. Tata ruang yang jelas dalam kaum dan nagari mesti ditegakkan dalam prinsip yang jelas pula.
    MUSYAWARAH (BULEK AIE DEK PAMBULUAH, BULEK KATO DEK MUPAKAIK). “SENTENG BA-BILAI, SINGKEK BA-ULEH, BATUKA BA-ANJAK, BARUBAH BA-SAPO”.
    KEIMANAN KEPADA ALLAH SUBHANAHU WA TAALA MENJADI PENGIKAT SPIRIT YANG MENJIWAI PENGAMALAN SUNNAATULLAH DALAM GERAK MENGENALI ALAM KELILING. “PANGGIRIEK PISAU SIRAUIK, PA TUNGKEK BATANG LINTABUANG, SATITIEK JADIKAN LAUIK, SAKAPA JADIKAN GUNUANG, ALAM TAKAMBANG JADIKAN GURU”.
    KECINTAAN KA NAGARI ADALAH PEREKAT YANG SUDAH DIBENTUK OLEH PERJALANAN WAKTU. TIDAK MELEWATI BATAS YANG PATUT DAN PANTAS. “JIKOK MANGAJI DARI ALIF, JIKOK BA BILANG DARI ASO, JIKOK NAIEK DARI JANJANG, JIKOK TURUN DARI TANGGO”. ADA ATURAN HIDUP.
    KEPEMIMPINAN NINIK MAMAK
    Ninik Mamak atau yang lebih dikenal dengan nama Penghulu adalah pemangku adat (fungsional adat) di Minangkabau. Kepemimpinan ninik mamak, merupakan kepemimpinan tradisional, sesuai pola yang telah digariskan adat secara berkesinambungan, dengan arti kata “patah tumbuah hilang baganti” dalam kaum masing-masing, dalam suku dan nagari. Seseorang tidak akan dapat berfungsi sebagai ninik mamak dalam masyarakat adat, seandainya dalam kaum keluarga sendiri tidak mempunyai gelar kebesaran kaum yang diwarisinya.
    Penghulu terpilih karena tinggi tampak jauh, gadang tampak dakek (jolong basuo). Tinggi karena disentakkan ruweh (ruas), gadang dilintang pungkam. Dia tinggi bukan karena diganjal jadi tinggi. Dia tinggi karena ruasnya yang menyentak. Pengangkatannya atas persetujuan bersama untuk jadi pemimpin (akseptabilitas).
    Pengangkatan seorang penghulu yang bergelar datuk yang akan menyandang gelar sako, harus dilihat lebih dahulu, apakah ia tinggi karena disintakkan ruas, besar (gadang) karena dilintang pungkam. Gabungan antara kemampuan kepribadian dan persetujuan untuk mengangkat seorang pemimpin sehingga terpilih menjadi pemimpin atau penghulu digadangkan dikatakan kelapo tumbuah di mato no. Maksudnya pilihan atas dirinya tepat pada orang yang sanggup memikulnya. Dengan lain perkataan pilihan atas penghulu itu sudah meletakkan sesuatu pada tempatnya. Makin sempurnalah sifat penghulu sebagai pemimpin anak kemenakan, korong kampung dan nagari dengan memakai sifat penghulu umat Tuhan. Mulailah pula adat dan syara’ sedundun. Artinya banyak aturan adat itu dikuatkan (kewi=qawiy) dengan aturan agama, sampai kedalam tata pergaulan hubungan bermasyarakat, berjual beli, berijab qabul, sehingga lahirlah ungkapan: berbalai bermesjid; balai mengaji adat, sedangkan masjid tempat beribadah. Maka penyapan karakter patah tumbuah hilang baganti dari anak kemenakan melalui satu manajemen suku yang terarah dalam kehidupan bernagari dalah wajib dipersiapkan.
    Landasan tempat berpijak seorang penghulu adalah undang-undang, hukum adat. Menjadi tugas seorang penghulu adalah menuruti alur yang lurus, menampuah jalan umum, memelihara harta pusaka serta membimbiang anak kamanakan. Alur atau hukum yang benar, melakukan kebiasaan, melihara harta pusaka serta membimbing anak kemenakan.
    Jabatan Ninik Mamak sebagai pemegang sako datuk (datuak) secara turun temurun menurut garis keturunan ibu dalam sistem matrilineal. Sebagai pemimpin adat maka penghulu memelihara, menjaga, mengawasi, mengurusi dan menjalankan seluk beluk adat.
    Penghulu adalah pemimpin dan pelindung kaumnya atau anak kemenakannya menurut sepanjang adat. Nan didahulukan sulangkah, Nan ditinggikun sarantiang, Ka pai tampek bantanyo, Kapulang tampek barito. Ninik Mamak mempunyai kedudukan yang lebih tinggi dibanding jabatan lainnya yang ada dalam masyarakat, merupakan tempat sandaran dan tempat bertanya tentang berbagai permasalahan yang dihadapi warga dalam suatu nagari.
    Penghulu menurut Adat Alam Minangkabau, yaitu orang yang tinggi lantaran dianjung, yaitu diangkat dan dibesarkan oleh kaumnya dan bergelar dengan himbauan “datuk”, memimpin kaumnya, yang dipilih di antara anggota kaumnya menurut waris nasab keturunan ibu.
    Semua waris nasab berhak menjadi penghulu dan berhak pula menurunkan penghulu itu jika ia bersalah tidak menunaikan kewajibannya. Gelar penghulu itu adalah hak kaumnya, yang disebut ”nan sepayung sepatagak, nan selingkung cupak adat”.
    Gelar dan jabatan itu dipusakai turun temurun sampai ke anak cucu selama waris nasab masih ada dan sepakat pula mendirikannya. Oleh karenanya, setiap persoalan yang tumbuh dalam kaum, suku dan nagari dapat dicari pemecahannya melalui musyawarah dan mufakat. Jadi, orang yang menjunjung pangkat penghulu adat Minangkabau, tinggi karena diangkat atau dipilih. Namun, dia sederajat dengan anggota kaum yang mengangkat dan memilihnya. Ninik Mamak mempunyai kewajiban terhadap anak kemenakan, korong kampuang dan nagari. Dalam mengantisipasi berbagai tantangan dan kendala sejak dini, serta dengan menjalankan beberapa kewajiban di atas, diharapkan Ninik Mamak tetap menjadi tokoh panutan yang sangat berperan di tengah-tengah lingkungan anak kamanakan, terutama dalam menyelesaikan berbagai masalah, seperti sengketa, baik yang timbul dalam kaum sendiri, antar kaum dalam suku atau antara nagari dalam satu kecamatan atau antar nagari pada kecamatan yang berbeda.
    Penghulu memahami sifat yang terkandung dalam budi yang dalam. Untuk mencapai bicara halus dan budi yang dalam maka seorang penghulu – tidak dapat tidak mesti — memahami adat Minangkabau yang secara garis besar dibagi atas 4 bagian kajian, yakni: penghulu, cupak, adat, dan undang-undang. Makanya, Sifat Penghulu di dalam adat Minangkabau — Datuak Perpatih Nan Sabatang dan Datuk Katumanggungan — ada dua saja, pertama, lurus dan kedua, benar.
    Kedua sifat ini terasa sederhana sekali, sudah cukup bagi sifat seorang pemimpin. Walaupun pemimpin kaum yang berarti sekelompok kecil ulayat dan rakyat, namun pemimpin kaum itu adalah orang yang bertanggungjawab dalam kaum dan dalam nagarinya, maka kedua sifat itu amatlah luas dan dalam artinya. Penghulu memiliki arti yang lebih luas, yakni orang yang sanggup memelihara kaumnya, dunia dan akhirat. Namun sifat bicara yang halus dan budi yang dalam tetap menjadi pegangannya.
    KEPEMIMPINAN ALIM ULAMA
    Kepemimpinan alim ulama suluah bendang di nagari — suluh yang terang benderang dalam nagari, yang mengaji hukum-hukum agama, yang akan menjadi pegangan di dalam syara’ mangato adaik mamakaikan, tentang sah dan batal, halal dengan haram dan mengerti tentang nahu dan sharaf. Secara umumnya, alim ulama akan membimbing rohani untuk menempuh jalan yang benar dalam kehidupan di dunia menuju jalan ke akhirat karena adat Minang itu adat Islami, adat bersendi syara’, syara’ bersendi kitabullah. Kekuatan filosofi “Adat Basandi Syara’, Syara’ Basandi Kitabullah” (ABS SBK) merupakan dasar bagi kehidupan masyarakat Minangkabau.
    ABS SBK merupakan buah penghayatan yang dalam, tercermin dalam bentuk perilaku yang luhur (akhlak yang mulia) dan tidak hanya sebatas kebanggaan asshabiyyah (kebanggaan sukuisme) Minangkabau semata. Berdasarkan filosofi ini, maka keberadaan alim ulama di Minangkabau tidak bisa dipandang sebelah mata, tetapi menjadi bagian penting dalam tatanan kehidupan di masyarakat. Ulama lebih banyak berfungsi sebagai Pembina Iman dan akhlak anak nagari. Ulama bukan punya kaum atau suku saja tetapi adalah milik nagari. Dalam sistem pemerintahan nagari, ulama perlu diberikan posisi tawar yang kuat. Terutama dalam mengontrol akhlak penyelenggara pemerintahan nagari mengingat kuatnya tradisi keagamaan mengikat kehidupan bermasyarakat Minangkabau.
    KEPEMIMPINAN CADIEK PANDAI
    Kepemimpinan cerdik pandai lahir dari kelompok masyarakat yang mempunyai ilmu pengetahuan dan cerdik memecahkan masalah yang ada dalam masyarakat. Ia pandai mencarikan jalan keluar, sehingga ia dianggap pemimpin yang mendampingi ninik mamak dan alim ulama. Orang tersebut dibawa ikut berunding memecahkan berbagai masalah di nagari atau di kalangan masyarakat karena mereka memahami undang-undang dan peraturan atau ketentuan yang berlaku dalam hidup bernagari, bangsa dan bernegara. Secara formal dalam sistem kepemimpinan di Sumatera Barat dipegang oleh kalangan cerdik pandai sebagai kalangan yang berilmu pengetahuan dalam arti yang luas.
    Cerdik Pandai adalah orang yang menguasai ilmu, baik ilmu adat, ilmu agama maupun ilmu pengetahuan. Sebagai kalangan yang berilmu, dalam sistem kepemimpinan Tungku Tigo Sajarangan yang disebut cerdik (cadiak) adalah kemampuan menggunakan akal dalam mengatasi keadaan yang rumit. Cerdik adalah pengetahuan tentang seluk beluk hidup dan kehidupan dalam masyarakat demi tercapainya tujuan yang sempurna lahir dan batin.
    Pandai berhubungan erat dengan keahlian profesional atau keterampilan seseorang. Pendidikan bagi masyarakat Minangkabau merupakan sesuatu yang sangat penting. Ungkapan kok nak mambantuak batuang iyolah dari rabuang (jika hendak membentuk bambu mulailah dari rebung) merupakan salah satu wujud dari pentingnya pendidikan bagi masyarakat Minangkabau.
    Ungkapan tersebut memiliki makna yang sangat substansial. Oleh karena itu, cerdik pandai adalah orang cerdas yang mempunyai kemampuan mengatasi masalah rumit, mempunyai keterampilan profesional untuk menunjang kehidupan ekonominya. Cerdik Pandai mempunyai tugas dalam membuat undang-undang atau membuat peraturan (hukum). Sebagai pemimpin dalam struktur pemerintahan bajorong ba nagari di Sumatera Barat, kalangan Cerdik Pandai harus bisa menjadi jembatan bagi masyarakatnya dengan dunia luar. Jalinan komunikasi yang efektif dengan lingkungan yang berasal dari luar daerahnya ikut menentukan kemajuan daerah yang dipimpinnya.
    Kharisma cerdik pandai tidak terbatas pada lingkungan masyarakat tertentu saja, dan malahan peranannya jauh di luar masyarakat nagarinya. Ketiga sistem kepemimpinan tadi dalam masyarakat Minangkabau disebut “tungku nan tigo sajarangan, tali nan tigo sapilin”. Mereka saling melengkapi dan menguatkan. Tungku tigo sajarangan, tali tigo sapilin juga merupakan filosofi dalam kepemimpinan masyarakat Minangkabau.
    KEBERHASILAN PEMIMPIN DI MINANGKABAU
    Tolok ukur keberhasilan sebagai pemimpin bagi seorang pangulu dalam melaksanakan tugasnya dan kewajibannya terhadap anak kemenakan, korong kampung dan nagari disebut cupak. Cupak bagi seorang penghulu ialah berundang-undang. Maksudnya ia harus memakai dan mempergunakan undang-undang untuk kebahagiaan anak kemenakan, korong kampung dan nagari, lahir dan batin. Untuk itu kedudukan penghulu itu diperlukan sifat bicara yang halus dan budi yang dalam.
    Seorang penghulu harus dapat membedakan antara ucapan dengan pembicaraan. Suara yang dikeluarkan berunding tersusun menjadi kalimat ucapan. Sedangkan bicara tidak dapat ditangkap semata-mata dengan telinga sebagai alat pendengaran, tetapi dengan jalan memahaminya. ‘Bicara” ialah hasil olahan akal dengan budi . Akhir perjalanan budi dengan akal itulah yang merupakan kesimpulan “bicara” sebagai inti sari dari kata-kata yang disampaikan. Bicara yang halus merupakan inti dari suatu sari pembicaraan, yaitu hasil penemuan akal dengan budi halus, sehingga menjadi bagian sifat terpuji, tidak tercela.
    HUBUNGAN KEKERABATAN HARMONIS.
    Keunikan Nilai-nilai ideal kehidupan mesti dihidupkan terus dalam kehidupan bernagari yang tampak nyata dalam ✓a. rasa memiliki bersama,
    ✓b. kesadaran terhadap hak milik,
    ✓c. kesadaran terhadap suatu ikatan,
    ✓d. kesediaan untuk pengabdian di kaumnya dan nagari,
    ✓e. menjaga hubungan positif pernikahan dan perkerabatan. Pembangunan masyarakat di Jorong dan Nagari harus memakai pola keseimbangan dan pemerataan. Nilai kepemimpinan di dalam Nagari, adalah keteladanan. Maka, tidak dapat tidak, kita memerlukan generasi yang handal, dengan beberapa sikap; berakhlak, berpegang pada nilai-nilai iman dan taqwa, memiliki daya kreatif dan innovatif, menjalin kerja sama berdisiplin, kritis dan dinamis, memiliki vitalitas tinggi, tidak mudah terbawa arus, sanggup menghadapi realita baru di era kesejagatan.
  14. PERAN TUNGKU TIGO SAJARANGAN
    ✓. MENJALIN DAN MEBUAT KEKUATAN BERSAMA UNTUK MENGHAMBAT GERAKAN YANG MERUSAK SYARA’ (AGAMA ISLAM).
    ✓. MENIMBULKAN KEINSAFAN MENDALAM DIKALANGAN KAUM DAN NAGARI TENTANG PERLUNYA PENGHAKIMAN YANG ADIL SESUAI TUNTUTAN SYARA’ DALAM AGAMA ISLAM.
    ✓. MENINGKATKAN PROGRAM MELAHIRKAN MASYARAKAT PENYAYANG YANG TIDAK ANIAYA DALAM TATANAN KEKERABATAN.
    ✓. MENANAMKAN TATA KEHIDUPAN SALING KASIH MENGASIHI DAN BERADAB SOPAN SANTUN SESUAI ADAIK BASANDI SYARA’, SYARA’ BASANDI KITABULLAH.
    Fungsionaris Pemangku Adaik mesti memahami nilai nilai budaya luhur yang punya makna jati diri yang jelas, dengannya mampu menjaga martabat, patuh taat beragama, menjadi agen perubahan, dengan motivasi bergantung kepada Allah, mengamalkan nilai nilai ajaran Islam sebagai kekuatan spritual, dinamis dalam mewujudkan sebuah kemajuan fisik material, tanpa harus mengorbankan nilai nilai kemanusiaan. Melemahnya peran ninik mamak tungku tigo sajarangan tali tigo sapilin lebih disebabkan lemahnya penegasan undang adat di salingka Kaum dan Nagari berakibat langsung kepada melemahnya tata kelola berpemerintahan di nagari di Sumatera Barat. Belajar kepada sejarah amatlah perlu adanya gerak pembangunan yang terjalin dengan net-work (ta’awunik) yang rapi (bin-nidzam), untuk penyadaran kembali generasi di Minangkabau tentang peran syara’ (Syari’at Islam) dalam membentuk tatanan hidup duniawiyah yang baik. Sebagaimana dipahami bahwa Adat Minangkabau dinamis, menampakkan raso (hati, arif, intuitif) dan pareso (akal, rasio, logika), hasil nyata dari alam takambang jadi guru.
  15. INDIKATOR KEBERHASILAN PENERAPAN ABSSBK
    Pranata sosial Masyarakat maju dan beragama di Sumatera Barat yang didiami masyarakat adat Minangkabau tampak dalam pengamalan Praktek Ibadah, Pola Pandang dan Karakter Masyarakatnya, Sikap Umum dalam Ragam Hubungan Sosial penganutnya. Kekerabatan yang erat menjadi benteng yang kuat dalam menghadapi berbagai tantangan.
    Strategi membangun masyarakat adat akan berhasil manakala selalu kokoh dengan prinsip, qanaah dan istiqamah. Berkualitas, dengan iman dan hikmah. Berilmu dan matang dengan visi dan misi. Amar makruf nahyun ‘anil munkar dengan teguh dan professional. Research-oriented dengan berteraskan iman dan berilmu pengetahuan.
    Keyakinan Islam menekankan pentingnya sikap malu (haya’ – raso pareso), dengan dasar iman kepada Allah, yakin kepada akhirat, mengenali hidup akan mati, beraqidah (tauhid). Inilah yang menjadi Benteng kuat menjaga umat menjadi cerdas dengan nilai nilai luhur (akhlaqul karimah) ini akan melahirkan tindakan terpuji, yang tumbuh dengan motivasi (nawaitu) yang bersih (ikhlas).
    Tidak ada yang lebih indah daripada budi pekerti dan perilaku berbasabasi. Sebagai masyarakat beradat dengan adat bersendi syariat dan syariat yang bersendikan Kitabullah, maka kaedah-kaedah adat itu memberikan pelajaran strategi dalam penerapannya.
  16. SEDANG TERJADI PERUBAHAN.
    Di tengah keunikan adat budaya Minangkabau itu, kita menghadapi ada beberapa kendala — dalam implementasi penerapan nilai-nilai budaya ABS-SBK dan syara’ mangato adaik mamakai — di antaranya generasi muda abai dalam pewarisan nilai budaya Minangkabau, peran ninik mamak melemah dan peran substantif ulama mulai kehilangan wibawa. Pergeseran budaya terjadi ketika mengabaikan nilai-nilai agama. Pengabaian nilai-nilai agama, menumbuhkan penyakit social yang kronis, seperti kegemaran berkorupsi, aqidah tauhid melemah, perilaku tidak mencerminkan akhlak Islami, suka melalaikan ibadah.
    Islam adalah agama yang sempurna. Tidak ada satu hal dalam kehidupan kita melainkan Islam telah memberikan arahan dan petunjuknya. Semua kandungan ajaran Islam bertujuan untuk menjadikan umatnya hidup bahagia dan sejahtera di dunia dan akhirat. Salah satu aspek kehidupan yang menjadi perhatian Islam adalah thaharah, kesucian dan kebersihan lahir dan batin.
    Kelemahan terjadi disebabkan pembinaan akhlak anak nagari sering tercecerkan, pendidikan surau hampir tiada lagi, atau peran pendidikan surau di rumah tangga juga melemah, dan peran pendidikan akhlak berdasarkan prinsip budaya ABS-SBK menjadi kabur.
    Maka selalulah didapati masa ini pengamalan keseharian masyarakat Sumatera Barat sulit dijumpai “syara’ (=agama) mangato (=memerintahkan), adaik mamakai (=melaksanakan)” sesuai petatah “Tasindorong jajak manurun, tatukiak jajak mandaki, Adat jo syara’ jiko tasusun, Bumi sanang padi manjadi. Rakyat di nagari-nagari — di masa derasnya arus globalisasi menggeser pola hidup masyarakat dibidang sosial, ekonomi, politik dan budaya ini — selalu menjadi sasaran perubahan westernisasi kebarat-baratan dan gerakan pembudayaan di luar prinsip ABS-SBK –. Akibatnya, anak kemenakan tersasar jalan meninggalkan adat dan syara’ karena ketiadaan bekalan adat dan agama Islam. Itulah diantara penyebab utamanya.
  17. BAHAYA MENGANCAM
    Terabaikannya pengamalan ABSSBK ini maka yang tampil adalah kekesalan dan penyesalan. Minangkabau memiliki satu ciri khas, agamanya Islam. Kondisi tercerabutnya agama dari diri masyarakat Minangkabau akan berakibat kepada perubahan perilaku masyarakatnya. Maka diperlukan upaya kuat untuk membangun peribadi unggul dengan iman dan taqwa, berilmu pengetahuan, menguasai teknologi, berjiwa wiraswasta, bermoral akhlak, beradat dan beragama.
    MESTI ADA KEGIATAN MENGAJARKAN HIDUP BERADAT DAN BERAGAMA KEPADA GENERASI DITENGAH KAUM DI NAGARI
    ✓. MENGUATKAN LEMBAGA RUMAH TANGGO
    ✓. MEMERANKAN PENGAWASAN NINIK MAMAK PEMANGKU ADAT DALAM MENGHADAPI KRISIS IDENTITAS MINANG,
    ✓. TEGUH MENGHADAPI PERUBAHAN NILAI-NILAI BUDAYA YANG BERPENGARUH BANYAK TERHADAP PERILAKU BERADAT DI MINANGKABAU
    ✓. GENERASI TUA MESTI MENJADI TAULADAN
    ✓. GENERASI MUDA TIDAK BOLEH BERSIKAP APATIS TERHADAP ADAT ISTIADATNYA.
    ✓. ADAT ABSSBK ADALAH KEKAYAAN BUDAYA MINANGKABAU
    Begitulah semestinya peranan strategis limbago Adat Ninik Mamak, Alim ulama, Cerdik Pandai, Bundo Kanduang di dalam alam Minangkabau yang adatnya berfilosofi ABSSBK amat diperlukan dalam Menata pemerintahan nagari dengan prinsip ABS-SBK oleh peribadi utuh dan rapi dalam menapak alaf baru dengan aplikasi Syara’ Mangato Adaik Mamakai dan melaksanakan adat istiadat dan pusako selingkar kaumnya dengan mengamalkan ajaran Islam dengan sungguh sungguh. Insya Allah. Padang, 5 Oktober 2017 M / 15 Safar 1439 H
    DIPERBAHARUI, 13 September. 2022M.

Wassalam BuyaHMA
Masoed Abidin Jabbar
Buya Hma Majo Kayo
Masoed Abidin ZAbidin Jabbar
Buya MAbidin Jabbar